Kurangi Konsumsi Rokok Diyakini Bisa Turunkan Angka Kemiskinan
jpnn.com - JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR, Okky Asokawati mengatakan, mengurangi konsumsi rokok akan bisa menurunkan angka kemiskinan. Okky menyampaikan hal itu menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan rokok menjadi komoditas terbesar (pengeluaran) setelah beras yakni sebesar 8,08 persen di kota dan 7,68 persen di desa.
“Dengan kata lain, pengeluaran keluarga yang besar setelah beras adalah rokok. Akibatnya, keluarga tidak lagi mampu mencukupi karbohidrat yang sehat. Maka mengurangi konsumsi rokok bisa menurunkan angka kemiskinan,” kata Okky di Jakarta, Rabu (6/1).
Dia mengaku prihatin atas besarnya kontribusi rokok terhadap tingkat kemiskinan baik di kota dan di desa. Bahkan ia mengibaratkan pengkonsumsi rokok, habis jatuh tertimpa tangga. Sebab, merokok akan menyebabkan kesehatan terganggu, juga menjadi salah satu penyebab kemiskinan.
Politikus PPP tersebut juga menyatakan data BPS juga mengkonfirmasi tentang abainya pemerintah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Setidaknya, kampanye-kampanye bahaya rokok hingga saat ini cenderung hanya formalitas saja. Pemerintah kurang massif dalam menekan konsumsi rokok di tengah masyarakat melalui kebijakan yang konkret.
Bahkan, pemerintah hingga presiden ketujuh Joko Widodo belum melakukan ratifikasi Konvensi Internasional Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Padahal dengan ratifikasi FCTC ini sebagai ikhtiar untuk melindungi generasi saat ini dan mendatang dari dampak buruk tembakau.
Di sisi lain, ia melihat pemerintah mengalami situasi sulit antara mengutamakan kesehatan dan pengentasan kemiskinan atau penambahan pendapatan melalui penerimaan kas negara melalui cukai rokok.
“Seperti tahun 2015 lalu, pemerintah menargetkan penerimaan dari cukai rokok sebesar Rp 139,1 triliun atau 7,9 persen terhadap penerimaan APBNP 2015," katanya.(fat/jpnn)