La Ode Ngaku Dilarang Komentari Rekening Gendut Nur Alam
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Wakil Ketua DPD, La Ode Ida mengaku banyak di antara koleganya asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menyarankan agar tidak mengomentari dugaan rekening gendut Gubernur Sultra Nur Alam (NA) dengan alasan satu daerah dan pernah sama-sama di Partai Amanat Nasional (PAN).
"Antara lain mereka bilang janganlah komentar tentang masalah NA, karena saya juga dari Sultra. Pernah pula mendukung dan kampanye terbuka untuk dia untuk periode keduanya. Juga saya pernah caleg PAN. Saya katakan, saran itu ada benar dan baiknya, tapi sangat subyektif. Bahkan saya bisa dituduh diskriminatif dalam pemikiran, sikap dan juang melawan korupsi di negara ini," kata La Ode Ida, Sabtu (27/12).
Menurut Ida, pergerakan dan perjuangannya untuk pemerintahan yang bersih dari pejabat korup bukan hanya sekarang, lebih-lebih bukan dalam kasus NA yang terindikasi rekeing gendut, melainkan sejak dulu.
"Gerakan membongkar anggaran baju Sutiyoso saat jadi Gubernur DKI Jakarta saya lakukan. Demikian juga dengan korupsi di KPU (2003-2008), di mana hampir tiap hari saya angkat indikasi awalnya, sampai saya dilaporkan ke Polda Metro Jaya, yang kemudian ternyata terbukti beberapa anggota KPU di penjara. Termasuk mantan Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron, saya bersuara dan bahkan saya tulis artikel panjang di salah harian di Jakarta," ungkapnya.
Perlu dicatat ujar Ida, selama 10 tahun jadi salah satu petinggi di negeri ini, suara lantang dan gerakan untuk memberantas korupsi tetap dilakukan.
"Rasanya saya akan dicemooh oleh rekan-rekan dari banyak elemen masyarakat dan akan dianggap tidak adil jika pada kasus indikasi mega korupsi di daerah kelahiran sendiri justru saya hanya diam atau enggan komentar. Apalagi saat ditanya oleh rekan-rekan pewarta, kan aneh," jelasnya.
Terakhir mantan senator asal Sultra itu menyatakan dalam posisi ini, dia harus bersikap fair atau berimbang, tidak boleh membela koruptor andai dia saudara kandung sekalipun.
"Koruptor tidak perlu dibela, siapapun dia. Karena mereka itu orang-orang serakah yang suka hidup mewah, merampas hak orang lain," pungkasnya.(fas/jpnn)