Lagi, Aksi Heroik Nelayan Aceh Selamatkan Imigran Rohingya
Siang kemarin, Jawa Pos sempat mendatangi perahu yang hampir tenggelam itu. Warnanya hijau dengan polet merah di bagian bawah. Panjangnya 20 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi lebih dari 5 meter.
Kapal tersebut memiliki tiga tingkat di bagian lambung. Saat menaiki kapal yang sudah ditinggal penghuninya tersebut, bau tidak enak langsung menyengat. Kotoran manusia dan air kencing berserak di mana-mana.
Pakaian kotor dan botol-botol air mineral bermerek Thailand tersebar di semua titik. Badan dan mesin kapal masih utuh. Hanya, kondisi mesin yang mati membuat air mulai masuk melalui as baling-baling. Di bagian bawah, air bahkan sudah merendam sekitar satu meter.
’’Kalau tidak kami selamatkan, mereka pasti akan tenggelam. Kami masih punya rasa kemanusiaan,’’ tegas Razali.
Kondisi para pengungsi amat memprihatinkan. Banyak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal. ’’Kami dapati ada seorang yang mati, lalu dibuang ke laut oleh mereka,’’ ucap Fakhri, 46, nelayan lainnya.
Nelayan Aceh juga berkorban materi. Bahan makanan untuk di laut berhari-hari habis dibagikan kepada para pengungsi. Begitupun solar untuk menyelamatkan imigran di tengah laut. ’’Saya rugi sekitar Rp 5 juta. Tetapi, saya ikhlas. Rezeki bisa dicari. Tetapi, kesempatan menyelamatkan ratusan nyawa orang, kapan lagi kami dapat?’’ katanya.
Saat penyelamatan oleh nelayan, sebenarnya ada anggota Polair Aceh Timur yang sedang berpatroli. Namun, mereka hanya melihat dan berbalik arah. ’’Mereka lihat kami, tetapi mereka balik lagi,’’ ungkapnya.
Kondisi mengharukan terjadi saat para imigran sampai di darat. Setelah mereka ditampung di surau desa, bantuan pakaian dan makanan dari kampung-kampung sekitar tidak henti berdatangan. ’’Semua bantuan itu murni dari masyarakat, tidak ada yang dari pemerintah,’’ tegas Muhammad Nasir, sosok tetua kampung. (wam/owi/bil/c5/sof)