Lahir di Kapal, Mayat Bayi Dibuang ke Laut
jpnn.com - JULOK - Samaita Beighom, 18, salah seorang pengungsi Rohingya, hanya bisa meringis dan menggertakkan gigi berulang-ulang di atas ranjang kamar persalinan Puskesmas Julok, Aceh Timur. Tampak kesedihan yang sangat dari air matanya yang tidak henti mengucur.
Perempuan itu mengalami pendarahan di bagian alat vitalnya. Saat di kapal, Samaita baru melahirkan. Namun, tragis. Tidak adanya alat untuk membantu persalinan membuat bayinya meninggal. Mayatnya pun langsung dibuang ke laut. Perempuan etnis Rohingya itu pun frustrasi.
Dindar Beigom, 16, juga tengah hamil lima bulan. Untung, janinnya bisa diselamatkan. Tercatat, setelah diselamatkan nelayan, 31 imigran yang mengalami dehidrasi parah langsung dibawa ke puskesmas.
Suasana haru terlihat saat mereka memasuki bus dan meninggalkan warga yang berkumpul di sekitar puskesmas. Warga dan para imigran saling melambaikan tangan dan menangis haru sebagai tanda melepas kepergian.
’’Saking lemas dan kurusnya badan mereka, ya Allah, saya pun nangis waktu pertama mereka datang ke sini,’’ ungkap Ainur Mardiah, perawat UGD Puskesmas Julok.
Para pengungsi yang masih tampak sehat dibawa ke Polres Aceh Timur untuk diangkut ke Langsa. Pukul 12.00, mereka pun berangkat. Pemkab Aceh Timur berencana menempatkan para pengungsi tersebut di gedung Balai Pelatihan Seuriget, Langsa.
Meski berada di wilayah administratif Pemerintah Kota Langsa, bangunan dan lahan itu mutlak milik Pemkab Aceh Timur. ’’Kami tidak punya aset yang bisa menampung pengungsi ini di Aceh Timur. Karena itu, kami tempatkan di sana. Lagi pula, aset tersebut kan milik kami juga,’’ kata Wakil Bupati Aceh Timur Syahrul bin Syamaun.
Syahrul ikut mengawal rombongan pengungsi yang menumpang lima truk dan lima bus. Saat di perbatasan Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur, Syahrul dan rombongan terkejut karena dihentikan anggota Polres dan Pemkot Langsa. Debat alot pun terjadi. Akhirnya, para pengungsi menepi dan menunggu di tepi batas kota.