Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Lailly Prihatiningtyas, Calon Direktur Utama BUMN Termuda

Tidak Menyangka Ditunjuk Langsung oleh Dahlan

Senin, 02 Desember 2013 – 06:06 WIB
Lailly Prihatiningtyas, Calon Direktur Utama BUMN Termuda - JPNN.COM
Lailly Prihatiningtyas, Foto: M Salsabyl Ad"n

jpnn.com - Umurnya belum genap 28 tahun. Namun, Lailly Prihatiningtyas mendapat kehormatan menjadi orang nomor satu di sebuah badan usaha milik negara (BUMN). Ada cerita menarik di balik pemilihan tersebut.

 M. SALSABYL AD'N, Jakarta

KISAH hidup Lailly Priahtiningtyas bak roller coaster. Kamis pekan lalu (21/11) dara kelahiran Jombang, Jawa Timur, 22 Desember 1985, itu masih melakoni tugas kesehariannya. Yakni, membantu rapat pimpinan di PT Dok Kodja Bahari (DKB). Sebagai Kasubdit Penyajian Informasi di Kementerian BUMN, salah satu tugas Tyas -panggilan akrab Lailly Priahtiningtyas- adalah menyediakan bahan yang menjadi pertimbangan pada rapat pimpinan (rapim) yang diadakan setiap pekan.
 
"Pak Dahlan (Menteri BUMN Dahlan Iskan, Red) orangnya tak suka laporan tertulis. Dia lebih suka duduk mendengarkan penjelasan langsung dan langsung membahas. Nah, kami di bagian penyajian informasi yang bertugas mengumpulkan bahannya sekaligus mendampingi sewaktu rapim. Kebetulan waktu itu saya yang bertugas," terangnya.

Saat itu Tyas mengaku tak punya pikiran apa pun. Dia sudah tahu soal rencana pergantian direktur utama PT TWC (Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Candi Boko). Namun, dia tak tahu siapa yang bakal ditunjuk untuk menggantikan Ricky Siahaan, direktur TWC sebelumnya.

"Tiba-tiba Pak Dahlan bilang, ya sudah, Dirutnya Tyas saja. Langsung ditanyakan ke pejabat eselon I yang hadir dan mereka semua setuju. Saya kan hanya pejabat eselon IV, tidak bisa bicara apa-apa. Ketika ditanya, ya saya bilang baik asal dijalankan dulu prosedurnya. Masak saya mau bilang nggak," kata Tyas.

Tiba-tiba ditunjuk jadi direktur tentu membuat Tyas kaget bukan kepalang. Sebab, dia merasa belum punya pengalaman memimpin perusahaan.

"Saya ini pejabat eselon IV. Memang sudah manajerial, tapi ini masih fifty-fifty dengan teknis. Apalagi, jabatan itu kan butuh soft competence yang tinggi. Secara skill dan pengetahuan, mungkin saya percaya diri. Tapi, masalah soft competence, saya belum punya pengalaman," ungkap perempuan yang suka ngojek saat berangkat ke kantor itu.
 
Belum lagi mengatur hati, dia langsung menjadi gula-gula bagi media. Begitu rapat berakhir, Dahlan memberitahukan kabar penunjukan Tyas kepada media. Otomatis, seluruh teman dan kerabat Tyas mendengar kabar itu. Bahkan, kabar tersebut sudah menyebar ke orang tua sebelum Tyas memberi tahu secara pribadi.
 
"Setelah rapim saya masih ada kerjaan lain. Jadi, baru sempat memberi tahu orang tua setelah itu. Ternyata beritanya sudah nyebar di mana-mana. Saya sendiri kaget. Mulai SMS, Twitter, Facebook, BBM, e-mail, semuanya berisi pesan selamat. Terus, banyak wartawan yang tiba-tiba wawancara. Tanya bagaimana kebijakan ke depan. Ya, saya bilang saja saya belum ada di posisi untuk menjawab," tuturnya.
 
Tyas menganggap jabatan tersebut belum ada di pundaknya. Sesuai dengan permintaannya, Kementerian BUMN saat ini sedang menjalankan fit and proper test terhadap perempuan lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) itu.
 
"Ini bukan hanya masalah prosedur. Meski prosesnya terbalik, saya masih ingin dilakukan. Karena ini juga memberi assurance (kepastian, Red) bahwa saya memang pantas. Saya sendiri nggak pernah nilai gimana kualitas diri sendiri. Kan memang tidak pernah membayangkan jadi Dirut dalam waktu dekat," katanya.
 
Sikap tegas fit and proper test Tyas ternyata punya cerita menarik. Perempuan lulusan Tilburg University, Belanda, itu ternyata punya hubungan erat dengan proses kualifikasi tersebut. Dia mengaku bidang tersebutlah yang digeluti sewaktu pertama bekerja di Kementerian BUMN.
 
Pada 2006 Tyas yang baru lulus dari STAN harus langsung bekerja karena terikat kewajiban menjadi pegawai negeri sipil (PNS) selama sepuluh tahun. Saat disodori pilihan lembaga, Tyas pun memilih Kementerian BUMN.

"Saya ada di bagian SDM. Kerjanya ngurusin fit and proper test Dirut," jelasnya.
 
Tyas mulai dari nol. Pengetahuannya di dunia akuntansi sama sekali tak terpakai di bidang tersebut. Dia pun harus tanya sana sini dan banyak membaca buku.

Umurnya belum genap 28 tahun. Namun, Lailly Prihatiningtyas mendapat kehormatan menjadi orang nomor satu di sebuah badan usaha milik negara (BUMN).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News