Langka, Pemotongan Sapi Menurun
jpnn.com - PENGADAAN daging sapi di Surabaya pada 2013 menurun. Padahal, pada 2012, rumah pemotongan hewan (RPH) Pegirian dan Kedurus total memotong 103 ribu ekor sapi. Namun, jumlah tersebut merosot tajam hingga 22 ribu ekor sapi. Dengan demikian, jumlah sapi yang dipotong setahun itu hanya 81 ribu ekor.
Penurunan pemotongan itu terasa mulai Agustus lalu. Pada Juli, jumlah sapi yang dipotong 7.500 ekor. Namun, Agustus jumlahnya hanya 6.500 ekor. Artinya dalam sebulan turun hingga seribu ekor.
Jumlah itu terus merosot sampai Desember. Pada Desember lalu, hanya ada 5 ribu ekor sapi yang dipotong. Akibatnya, harga daging sapi naik. "Biasanya, Rp 80 ribu-Rp 85 ribu per kilogram, kini bisa Rp 90 ribu lebih," ujar Direktur Jasa dan Niaga RPH Surabaya Lutfi Rachmad.
Dia mengungkapkan, penurunan itu terjadi lantaran semakin menipisnya jumlah sapi usia potong di Jatim. Kelangkaan tersebut disebabkan para peternak lebih memilih menjual sapinya ke luar Pulau Jawa. Sebab, harga jual di sana jauh lebih tinggi ketimbang di Surabaya.
"Kami mungkin membelinya sekitar Rp 43 ribu per kilogram untuk sapi hidup. Di sana bisa lebih atau mungkin bisa dua kali lipatnya," ungkap Lutfi. Selain itu, jumlah sapi di luar pulau menipis. Hal itu membuat para peternak berbondong-bondong menjual sapi potongnya ke sana dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Lutfi menjelaskan, sebenarnya hal itu bisa diatasi. Salah satunya menggalakkan peraturan dilarang memotong sapi betina produktif. Dengan demikian, angka perkembangbiakan sapi tetap tinggi. Caranya, pemkot atau pemprov mengeluarkan surat keterangan. Surat tersebut ditujukan kepada para peternak. Isinya adalah larangan menjual atau memotong sapi betina produktif.
Dia menyatakan tidak tahu pasti kelangkaan sapi tersebut akan berakhir. Sebab, sapi membutuhkan rentang waktu yang beragam untuk masuk usia layak potong. (dor/mas/end)