LDII Jateng Dorong Pembudayaan Silaturahim untuk Membangun Peradaban yang Lebih Baik
Menurutnya, nilai-nilai Islam telah mengajarkan pentingnya silaturrahim, yang memiliki efek kesehatan, rezeki, dan panjang umur. Artinya bangsa bisa menjadi bangsa yang makmur bila rakyatnya bersilaturahim, dan pengelola negerinya juga bersilaturahim dengan rakyatnya maupun dengan bangsa-bangsa lain.
Pentingnya silaturrahim menjadi perhatian Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Ahmad Darodji. Ia menekankan MUI sebagai payung seluruh umat Islam memandang pentingnya moderasi beragama, yang dapat membangun sikap toleransi dan rukun guna memperkuat kesatuan dan persatuan umat Islam.
“Silaturahim ini sangat perlu, dan kalau kita ingin silaturahim, yang pertama kuncinya itu, cari persamaan, dan hindari perbedaan. Memang kita ini berbeda, tetapi kalau terus mencari perbedaan itu tidak akan selesai,” ujarnya.
Silaturrahim yang diperkenalkan Islam, tak bertentangan dengan kearifan lokal yang di kalangan masyarakat Jawa disebut sebagai seduluran.
“Menjadi sedulur itu hidup bersama. Kamu adalah aku yang lain, mereka adalah kami yang lain, berarti kita adalah saudara. Sehingga, jika telah menjadi saudara, tidak akan tega melihat nasib jelek saudaranya,” ucap Antropolog Universitas Diponegoro (Undip) Mudhajirin Thohir.
Bagi guru besar ilmu Antropologi itu, toleransi memiliki makna berinteraksi dan berkompetisi. Toleransi berbeda dengan kebebasan dan ketidakpedulian.
Baca Juga: PDFI Jelaskan Penyebab Dua Jari Brigadir J Patah, Begini
“Toleransi yang ideal semacam memberikan pandangan, tindakan dan sikap terhadap kenyataan bahwa sedang berkompetisi, tetapi secara elegan. Dengan kata lain, sedang berlomba-lomba dalam kebaikan,” ujarnya. Ketika masyarakat bisa bertoleransi itulah bukti kedewasaan dalam kehidupan yang plural.(dkk/jpnn)