Lebaran Cairkan Suhu Politik yang Memanas
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan, saling memaafkan di momentum Lebaran harus digunakan para pemimpin nasional dan para elite untuk meredam suhu politik yang mulai memanas dan mencegah perpecahan antaranak bangsa.
Silaturahmi bersama sanak saudara, kolega, serta masyarakat untuk saling bermaafan pada Hari Raya Idulfitri merupakan ciri khas Muslim di Indonesia.
"Karakteristik itulah yang harus digunakan para pemimpin nasional dan para elit politik untuk meredam suhu politik yang mulai memanas dan mencegah perpecahan antar anak bangsa," ucap Bambang saat menyambangi Panglima TNI Hadi Tjahjanto di kediaman pribadinya di Perumahan Araya Malang, Minggu (17/6).
Kepada panglima, Bamsoet menuturkan, Idulfitri kali ini terkesan lebih istimewa karena bertepatan dengan tahun politik. Momen silaturahmi antara pemimpin negara sangat diperlukan untuk mencairkan suhu politik jelang pilkada serentak, pileg dan pilpres yang kian memanas.
Politikus Partai Golkar ini yakin silaturahmi dapat menjadi sarana mendamaikan hati, mengurangi tensi salah paham serta memperbaiki komunikasi menjadi lebih baik. Tradisi silaturahmi juga bisa dijadikan para politisi sebagai pembangunan modal sosial untuk mengembangkan basis jaringan politik.
"Saya mengapresiasi para pejabat yang mengadakan open house di hari Lebaran. Momen tersebut mampu menyatukan antarkader, antarpartai politik serta lintas agama," ujarnya. Dia mengatakan banyak kader parpol yang dalam keseharian kerap berseberangan, namun saat open house semua larut dalam suasana keakraban dan saling memaafkan.
Bagi Bamsoet, Lebaran bukan hanya semata hari raya umat Islam saja. Penganut agama lain pun turut suka cita merayakan hari libur Lebaran.
"Lebaran juga bisa disebut sebagai semacam simbol simbiose agama dan budaya yang mampu menjadi pemersatu manusia dari berbagai etnis, suku, bahasa hingga bangsa," ujar Bamsoet.