Lebih Dekat dengan Arman Rumakat, Satpam Jahat yang Hafal Wajah 700 Siswa
“Iya memang saya waktu sekolah paling cepat menghafal. Saya sama sekali tidak kesulitan kalau disuruh menghafal ayat Al-Quran dan Hadist, empat sampai lima hdist itu saya bisa hafal dalam waktu sekejap saja, sama artinya juga,” beber Arman yang mulai luwes bercerita.
Meski awalnya canggung, Arman mulai berbincang dengan santai. Ia lalu mulai menceritakan pengalamannya yang telah 13 tahun menjadi satpam di SD Al Jihad, serta pengalaman peliknya di masa lalu.
Arman sedih karena cita-citanya untuk menjadi PNS harus dikuburnya dalam-dalam. Bukan karena tak mampu berpikir, tapi karena tersandung masalah biaya. “Saya tidak tamat SMA karena harus bantu orang tua cari nafkah,” katanya mengenang.
Sejak memutuskan keluar dari sekolah, Arman merantau ke Pulau Misool dan bekerja di perusahaan Mutiara. Selama tujuh tahun ia menjalani pekerjaan di perusahaan tersebut.
Mimpinya untuk bersekolah tinggi hingga menjadi PNS yang telah pupus, ia wariskan untuk adik-adiknya. “Alhamdulillah adik saya dua orang sudah jadi PNS,” kata sulung dari lima bersaudara ini.
Setelah berhasil membantu biaya sekolah adiknya, Arman lalu menikahi seorang wanita Sorong. Dan di tahun 2003 ia mulai mendapat tawaran sebagai satpam di SD Al Jihad. Ia pun menerima tawaran menjadi satpam.
Meskipun satpam bukanlah cita-citanya, ia tetap menjalani dengan ikhlas dan penuh syukur. Apalagi ia diberi kepercayaan wali murid untuk menjaga anak-anak mereka.
Beban itulah yang membuat Arman harus bersikap over protective dan tegas pada para murid, sehingga ia harus siap saat para murid menjulukinya pak satpam jahat.