Legenda Klasik Harimau di Minangkabau
Dari Penjaga Kampung dan Nilai yang Kian HilangTidak hanya di hutan, sebagahian harimau juga ada yang berhabitat dalam areal perkampungan. Namun keberadaannya tidak mengganggu, justru lebih berperan sebagai penjaga kampung, sekaligus menjadi piaraan sejumlah paranormal, tetua adat, kalangan tertentu. Pada sewaktu-waktu harimau bisa berubah wujud menjadi manusia. "Bedanya, ketika berpapasan dengan penduduk, mukanya cenderung menunduk, tidak berani menatap secara langsung,"Â beber Sutan Jauhari.
Menariknya lagi, setiap ada datang menyusup harimau baru dari negeri lain, kelompok Inyiak Balang di hutan ulayat maupun rimba belantara, pasti melakukan perlawanan, selanjutnya mengusir untuk keluar dari daerah kekuasaan mereka. Karena kehadiran harimau pendatang, cenderung mengganggu kestabilan ekosistem hutan, bahkan berpotensi menjarah hewan ternak milik warga.
Hal ini biasanya dapat ditandai dengan hebohnya suara binatang liar di pinggir hutan, hingga penduduk kampung harus segera mengemasi, mengikat, dan mengurung hewan ternaknya selama beberapa dalam kandang. "Yang cenderung mengganas, bahkan memakan hewan ternak milik warga, bukan Inyiak Balang, namun itu adalah harimau pendatang, lazim disebut cindaku. Sementara Inyiak Balang tetap hidup beradat, tau dengan salah dan benar. Instingnya tajam, peka, dan bertelinga bumi," imbuh Sutan Jauhari, yang juga tercatat mantan Wartawan Harian Semangat di era 1980-1990-an itu.
Dri pihak Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Solok, Syafri Dt.Siri Marajo, membenarkan adanya pemahaman, kepercayaan tersendiri masyarakat Solok soal seputar Inyiak Balang, bahkan fenomena tersebut secara alamiah mengalir dari generasi ke generasi. Percaya atau tidak, setiap nagari punya cerita tersendiri tentang harimau hingga akhirnya menyatu ke dalam sebuah kearifan lokal yang sulit terbantahkan.
"Barangkali tidak hanya di Kabupaten Solok, namun cerita klasik seputar Inyiak Balang juga dibilang melegenda hampir di se jagat raya Minangkabau. Meski kisahnya berbeda, motifnya dan pesan moralnya tetap sama. Walau demikian, kepercayaan mistis soal Inyiak Balang jangan sampai jatuh ke sifat syirik, karena semuanya bisa saja terjadi tak terlepas atas kuasa Allah SWT. Tidak ada yang mustahil," tandas Syafri. (***)