Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Legislator Senayan Akui Pariwisata jadi Primadona Devisa

Kamis, 16 Juni 2016 – 11:32 WIB
Legislator Senayan Akui Pariwisata jadi Primadona Devisa - JPNN.COM
Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya. Foto: dok/JawaPos

jpnn.com - JAKARTA - Sektor pariwisata terus menggelinding cepat dan makin moncer. Industri service yang berbasis pada tourism terus berbiak dan makin terasa di semua level. 

Optimisme pun terdongkrak, tak terkecuali dari Gedung Rakyat DPR RI. Legislator di Senayan semakin yakin, kelak tahun 2020, pariwisata bakal menempati urutan tertinggi penyumbang devisa negara dan penghasil lapangan kerja.

“Saya percaya tahun 2020 sektor pariwisata paling berpotensi menjadi primadona dan urutan tertinggi penyumbang devisa. Datanya ada dan konkret. Tiga tahun terakhir semua sektor usaha mengalami penurunan. Tetapi tidak bagi pariwisata. Justru naik signifikan,” papar Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya, di Jakarta.

Dia berpegang pada data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir pariwisata Indonesia memang menunjukkan trend kenaikan di saat komoditas lain justru menurun. Minyak dan gas bumi misalnya. Angka USD 32,633.2 yang sempat diraih pada 2013, turun menjadi USD 18,906.7 di 2015. 

Batu bara juga sama. Pemasukan USD 24,501.4 yang sempat diraih pada 2013, turun ke angka USD 16,359.6. Minyak kelapa sawit juga mengalami nasib serupa. Dari USD 15,839.1 yang didulang pada 2013, angkanya turun menjadi USD 15,485.0 di 2015.

Trend penurunan sejumlah komoditas tadi sangat kontras bila dibandingkan dengan devisa yang disumbang pariwisata. Di 2013, pariwisata hanya bisa menyumbang devisa sebesar USD 10,054.1. Sementara pada 2015, angkanya mampu menembus USD 11,629.9.

Yang membuat Riefky makin pede, data UNWTO Tourism Highlights 2014, UNWTO World Tourism Barometer, Januari 2015 dan WTTC, Januari 2015, memperlihatkan grafik perjalanan wisatawan internasional yang terus naik. Dari 25 juta pada 1950, tumbuh menjadi 278 juta di 1980. Di 1995, angkanya bergerak naik hingga 528 Juta. Dan di 2014, angkanya sudah menembus 1,14 miliar.

Realita di atas membuat industri pariwisata dikategorikan sebagai the world's largest industry. Tiongkok sebagai negara industri manufaktur terbesar dunia, perlahan tapi pasti mulai menggeser arah ekonomi menuju industri pariwisata. Ini terlihat dari investasi besar-besaran dalam bidang pariwisata. 

JAKARTA - Sektor pariwisata terus menggelinding cepat dan makin moncer. Industri service yang berbasis pada tourism terus berbiak dan makin terasa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News