Lemhannas Ungkap Kekhawatiran soal Potensi AI di Senjata Otonom
jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan sistem persenjataan otonom (AWS) menjadi isu yang paling dikhawatirkan dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI) di sektor militer, kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto.
"Tentara kalau perang itu harus ada rasa takut, takut mati, kalah, hancur. Jadi kalau rasa takut ini tidak ada, diganti oleh mesin, dia akan merasa perang itu seperti game," kata Andi di sela-sela konferensi penggunaan AI secara bertanggung jawab di sektor militer (REAIM 2023) di Den Haag, Belanda, Rabu.
Penggunaan AI akan menghilangkan rasa takut itu, kata dia. "Begitu rasa takut hilang, yang namanya keputusan untuk perang jadi mudah. Jadi harus ada rasa takut mati, kalah, hancur, itu harus ada, supaya perang rasional. AI, bisa menghilangkan itu semua, mempermudah keputusan untuk perang."
Meski demikian, penggunaan kecerdasan buatan dalam persenjataan juga bisa menjadikannya "perfect weapon", senjata dengan kemampuan menghancurkan besar, yang digelar tidak untuk berperang.
"Istilahnya Kalau AI berhasil menjadi perfect weapon, dia digelar, kehancurannya terlalu besar, secara rasional tidak digunakan. Itu akan jadi perfect deterrence. Nah ini enggak tahu akan mengarah ke mana. Itu udah strategic banget," kata Andi.
Terkait pengembangan AI dalam militer di Indonesia, Andi mengatakan, dalam level tertentu semestinya sudah ada.
"Seberapa update dan seberapa tertinggal dari AI yang lain, tidak tahu. Masing-masing negara juga tidak memberitahu," ujarnya.
Andi berharap, forum REAIM 2023 ini bisa diperjelas arahnya, apakah akan menghasilkan kesepakatan multilateral yang otonom, tidak terkait dengan organisasi manapun, atau diarahkan untuk berada di bawah bendera PBB.