Lewat Seminar Nasional Politik Pembangunan Pertanian, Petani Muda Diajak Melek Smart Farming
Rektor UMJ Ma’ mun Murod dalam sambutannya mengatakan problem pertanian di Indonesia cukup banyak.
"Negara kita adalah agraris yang seharusnya masyarakat kita bangga dengan petani. Ke depannya pertanian dapat berperan sebagai sumbangsih aktif kepada masyarakat dan kita harus memperhatikan produk pertanian serta pengemasannya," tegasnya.
Menjawab tantangan tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mewakili Menteri Pertanian menjelaskan bagaimana ekspor pertanian pada saat ini menjadi andalan dibandingkan hasil domestik.
Meskipun Covid-19 muncul, bidang pertanian tetap eksis. "Apa pun yang terjadi, kita harus tetap bertani. Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian ini, Kementerian Pertanian membuat kebijakan untuk menentukan kesejahteraan pangan agar pertanian dapat maju, mandiri, serta modern," jelasnya.
Baca Juga: Perang Dunia 3 Baru Dimulai, Infrastruktur Militer Ukraina Hancur Lebur Dibombardir Rusia
Salah satu upaya untuk memecahkan kendala terkait lemahnya produktivitas pertanian, ialah dengan diterapkannya smart farming.
Smart farming atau pertanian cerdas, berfokus pada pemanfaatan produk biotechnology, dan produk berkualitas hasil tinggi, termasuk bibit dan benih.
“Pertanian diawali dari benih dan bibit, kalau keduanya berkualitas, pertanian pasti ada di tangan kita. Jangan gunakan bibit yang jelek karena hasilnya pasti jelek, baru dilanjutkan dengan teknologi budi daya lain,” ujar Dedi Nursyamsi, dalam seminar tersebut.