Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Lihat Nih, Tujuh Perahu Nelayan Gotong-royong Seret Hiu Tutul...

Selasa, 13 Oktober 2015 – 10:11 WIB
Lihat Nih, Tujuh Perahu Nelayan Gotong-royong Seret Hiu Tutul... - JPNN.COM
Ratusan warga berupaya menyeret hiu tutul untuk menyelamatkannya. FOTO: Ahmad Khuasini/JAWA POS

jpnn.com - SURABAYA - Jalan Bulak Cumpa Kedungcowek, Surabaya mendadak ramai kemarin (12/10). Ratusan warga berkumpul untuk menonton seekor hiu yang terdampar di Pantai Kenjeran. Tujuh perahu nelayan tampak sibuk menyeret hiu tutul itu. Sayang, ikan raksasa yang familier disebut hiu tutul itu sudah mati. 

Ahmad, warga setempat, mengatakan, hiu tersebut terperangkap jaring milik Muhammad, nelayan Bulak Cumpat. Jaring itu dipasang di perairan Selat Madura sisi Surabaya. Saat ditimbang, berat hiu tersebut mencapai 2 ton.

Panjangnya sekitar 7 meter dan lebar tubuh 2 meter. "Saking beratnya, bangkai hiu ditarik tujuh perahu nelayan ke pantai," ujar Ahmad. Katanya, ikan jenis tersebut biasa menuju perairan dangkal pada Oktober-November. 

Lurah Kedungcowek Suradiyanto mengatakan, para nelayan tidak bermaksud menangkap hiu tersebut. Mereka telah mengetahui bahwa ikan tersebut termasuk hewan yang dilindungi. "Ikannya sendiri yang terperangkap dalam jaring nelayan," ujar Suradiyanto. 

Sesuai laporan nelayan, hiu tersebut terperangkap jala sekitar pukul 03.00. Nah, untuk memastikan hiu itu mati atau hidup, para nelayan lantas menyeretnya ke tepi pantai. "Karena kesusahan mengevakuasi, dari pagi sampai jam 11 siang baru bisa sampai ke tepi," terang Suradiyanto. 

"Ternyata, setelah sampai ke tepi, hiu sudah mati," imbuhnya. Menurut dia, hiu tersebut mungkin tersesat, lalu masuk ke dalam jaring nelayan. Pihaknya menunggu keputusan dari dinas pertanian mengenai tindak lanjut bangkai hiu tersebut. 

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Dinas Pertanian Aris Munandar mengatakan, ikan tersebut jenis hiu paus (Rhincodon typus) atau whale shark. Namun, biasanya warga menyebutnya hiu tutul. Sebab, kulit ikan tersebut memang bertutul. 

"Ini termasuk ikan langka dan dilindungi," ujar Aris sambil memperlihatkan plang larangan menangkap hiu paus. Papan mengenai perlindungan hiu paus itu ditempel di depan Sentra Ikan Bulak (SIB). 

SURABAYA - Jalan Bulak Cumpa Kedungcowek, Surabaya mendadak ramai kemarin (12/10). Ratusan warga berkumpul untuk menonton seekor hiu yang terdampar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News