Lima Cara Agar Anda Tidak Memenangkan Penghargaan Nobel
Pemenang penghargaan Nobel Prize akan segera diumumkan, hari Selasa (6/10). Siapa yang akan menang? Bagi Anda yang ingin menjadi ilmuwan hebat, jangan terlalu berharap memenangkan penghargaan bergengsi, yang kerap menimbulkan kontroversi ini.
Banyak ilmuwan yang sebenarnya layak mendapatkan penghargaan Nobel, tetapi kenyataannya justru tidak mendapat penghargaan yang sudah diberikan sejak tahun 1901.
Belum lagi hanya 17 ilmuwan wanita yang berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi di bidang sains tersebut, dari total 575 peraih penghargaan Nobel. Diantara ilmuwan perempuan tersebut adalah Marie Curie, penemu radioaktif dan putrinya.
Inilah lima hal yang perlu Anda hindarkan agar tidak perlu mendapatkan penghargaan Nobel.
1. Jadilah keempat yang terbaik dalam bidang Anda
Hanya ada tiga nominasi untuk merebut satu gelar juara. Karenanya, Anda tentu tidak mau menjadi yang keempat terbaik dan tidak masuk dalam tiga besar bukan?
Bahkan jika semua orang tahu bahwa posisi Anda ada dalam tiga ilmuwan terbaik, tetap saja Anda membutuhkan publikasi dan sitasi untuk membutikannya. Karena indeks sitasi memprediksi sukses atau tidaknya seorang ilmuwan untuk meraih penghargaan Nobel.
Jadi, pastikan nama Anda tercantum dalam setiap makalah yang Anda pernah ikut berkontribusi. Tapi, ini juga berarti berkolaborasi dengan seseorang yang seharusnya dilakukan secara adil... seperti yang akan dijelaskan di poin selanjutnya.
2. Membuat penemuan besar selama saat menempuh program PhD
Foto: NASA/HST/ASU/J. Hester et al.
Mungkin Anda berpikir bahwa prestasi yang luar biasa sebagai mahasiswa pascasarjana akan memuluskan upaya mendapatkan Nobel. Setidaknya ada dua peneliti muda ternama yang telah berkontribusi di bidangnya... tetapi malah dosen pembimbing mereka yang memenangkan penghargaan Nobel.
Astrofisikawan Jocelyn Bell Burnell menjadi terkenal karena tidak berhasil meraih Nobel, untuk penemuannya pulsar radio pertama di dunia. Sebenarnya ia ikut menulis di jurnal Nature pada tahun 1968 bersama dengan pembimbingnya, Antony Hewish. Tapi malahan Hewish dan radio astronom dari Cambridge, Sir Martin Ryle yang memenangkan Nobel untuk penemuan tersebut pada tahun 1974.
Dan karena nominasi Nobel dirahasiakan selama 50 tahun, baru tahun 2024 mendatang kita akan tahu apakah sebenarnya Burnell masuk nominasi atau tidak.
Imuwan lainnya, Albert Schatz menemukan antibiotik streptomisin saat ia berusia 23 tahun dan menjadi mahasiswa pascasarjana di bawah bimbingan ilmuwan mikrobiologi terkemuka Selman Waksman. Meskipun kedua peneliti tersebut menulis makalah dan keduanya sama-sama mematenkan obat baru tersebut, tetapi Schatz harus menempuh jalur hukum agar bisa mendapatkan bagiannya dari royalti.
Sayangnya hukum paten yang berlaku di bidang sains tidak sama dengan hukum paten pada umumnya. Jadi saat Waksman dianugerahi Nobel pada tahun 1952, dan hanya ia sendirian, Schatz dan pendukungnya tidak mendapatkan apa-apa.