Lima Ledakan Bom Guncang Gori
Sabtu, 16 Agustus 2008 – 14:18 WIB
Otoritas Georgia mengatakan Kamis pagi Rusia meninggalkan kota, namun kemudian mengatakan bahwa mereka membawa tentara tambahan. Pengerahan pasukan Rusia di Gori yang berlanjut menimbulkan kekhawatiran bahwa Kremlin tidak akan menarik secepatnya pasukan dari wilayah Georgia, meski telah menyepakati rencana perdamaian Eropa. Beberapa polisi Georgia mengatakan pejuang dari Ossetia Selatan menolak meninggalkan Gori. Sehingga mereka menghancurkan kota itu.
Rusia akan mendukung keputusan kedua pemimpin Ossetia Selatan dan Abkhazia. ”Saya yakin, tidak mungkin untuk membujuk Ossetia Selatan dan Abkhazia menyetujui kesepakatan yang membuat mereka harus kembali menjadi bagian dari Georgia,” ujar Lavrov di hadapan reporter.
Di Washington, AS mendesak Rusia untuk memenuhi janjinya mengakhiri invasi di negara yang menjadi sekutu AS, Georgia. Menlu AS Condoleezza Rice memimpin pertemuan darurat mengenai krisis di Eropa dan ibu kota Georgia. Dia mengatakan aksi militer Rusia di Georgia pekan lalu, kembali mengingatkan saat perang dingin.
”Sepertinya Rusia berpesan, bahwa kemungkinan Rusia tidak menerima sekarang ini saatnya untuk mengakhiri perang dingin dan ini saatnya menuju ke era baru dimana hubungan antara negara menjadi basis kesetaraan dan kedaulatan dan integrasi ekonomi,” ujar Rice Rabu atau Kamis waktu Indonesia.
Saat ini AS mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Georgia, Presiden George W Bush meminta Rusia mengakhiri aktivitas militernya di negara tetangganya itu dan menarik seluruh pasukan yang di kirimkan selama beberapa hari ini ke teritori Georgia.
Bush mengumumkan akan menempatkan aset militer dan personil AS ke kawasan konflik. Dia menyatakan penempatan itu sebagai misi kemanusiaan. Dia menekankan tidak ada lainnya selain menggunakan pesawat sebaik angkatan lautnya untuk mendistribusikan suplai. Dia memperingatkan Rusia untuk tidak menghalangi upaya tersebut.