LPBI NU DKI Soroti Masifnya Penggunaan Air Tanah
jpnn.com, JAKARTA - Perubahan iklim telah mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia.
Salah satu isu yang jarang mendapat perhatian ialah penurunan muka tanah dan kenaikan air laut yang akan mempercepat tenggelamnya sejumlah titik di Jakarta.
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PWNU DKI Jakarta Laode Kamaludin mengatakan proyeksi terendamnya beberapa lokasi di ibu kota terjadi akibat tiga faktor utama, yakni perubahan iklim yang mengarah pada kenaikan muka air laut, laju penurunan muka tanah (land subsidence), dan penggunaan air tanah secara masif.
“Jika proyeksi hanya difokuskan pada akibat perubahan iklim semata, maka dampak yang dihasilkannya tidaklah terlalu berat. Tetapi, jika dua faktor itu bergabung menjadi satu dan berlangsung bersamaan dan terus-menerus maka akan memberikan dampak yang sangat serius. Ini bukan main-main,” kata Kamal.
Dia mengingatkan dampak serius perubahan iklim tersebut mesti lekas ditanggapi dan ditanggulangi oleh semua elemen.
Kamal menekankan itu karena melihat belum kompaknya pemangku kepentingan di pusat dan di DKI Jakarta soal bagaimana menanggulangi dampak tersebut.
“Kementerian PU merekomendasikan agar mengurangi penggunaan air tanah di Jakarta. Tetapi, stakeholder Pemprov DKI sepertinya masih keberatan. Jika hal semacam ini tidak diselesaikan, jelas tidak ada titik temu untuk menanggulangi ancaman Jakarta tenggelam,” ungkapnya.
Sebagai langkah antisipatif, LPBI NU Jakarta juga memperingatkan kepada pemilik apartemen serta gedung-gedung dan mal-mal di Jakarta yang masih menggunakan sumur tanah untuk beralih ke jaringan air PAM.