Luhut Lagi
Hubungan militer dan politik juga memunculkan berbagai kasus korupsi. Salah satunya adalah mega-korupsi yang melibatkan Ibnu Sutowo, seorang letnan jenderal Angkatan Darat yang diangkat menjadi direktur Pertamina oleh Soeharto.
Korupsi Pertamina di bawah Ibnu Sutowo menjadi catatan terburuk dalam sejarah perusahaan minyak negara itu.
Selama masa Soeharto terjadi abuse of power, penyelewengan kekuasaan, oleh militer karena keterlibatannya dalam berbagai macam bisnis. Soeharto dan keluarganya diduga mengumpulkan kekayaan yang sangat masif di luar negeri, dan sangat sulit dilacak karena disimpan atas nama orang lain.
Ilmuwan George Aditjondro (wafat 2012) dari Salatiga dikenal sebagai pemburu harta Soeharto, yang melakukan pelacakan secara teliti ke sumber-sumber data di luar negeri. Aditjondro menuliskan hasil investigasinya dalam buku ‘’Membongkar Gurita Bisnis Cendana’’ yang menjadi inspirasi dan sumber laporan utama Majalah Time.
Sampai sekarang sangat sulit untuk membongkar tuntas gurita bisnis keluarga Soeharto, karena alirannya sudah sangat jauh, dan kepemilikan saham yang dibuat silang sengkarut untuk menghilangkan jejak.
Gerakan reformasi 1998 yang dipelopori oleh para mahasiswa bertujuan untuk membongkar praktik perselingkuhan bisnis haram semacam itu. Tentara tidak boleh lagi berbinis. Mereka harus kembali ke barak menjadi tentara profesional.
Para penguasa harus bersih dari tindakan tercela seperti melakukan bisnis dan menumpuk kekayaan.
Karena itu kemudian berdiri Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang diharapkan bisa membongkar dan menghentikan praktik korup antara kekuasaan dan bisnis. KPK adalah anak kandung reformasi yang bertujuan membersihkan praktik korupsi yang sudah mengakar karena warisan Orde Baru.