Madan si Bocah Penjual Pisang Cokelat, Pengin jadi Tentara
“Bila laku semua, aku membawa pulang Rp60 ribu. Dari situ, aku dapat upah Rp22 ribu. Terkadang bisa kurang dari itu. Karena harus membayar beberapa pisang cokelat yang kumakan kalau lapar,” ungkapnya, kemudian tertawa.
Madan merupakan sosok bocah yang ceria. Ia selalu tersenyum dan tertawa. Selain itu, ia juga tak segan berbagi kisah kepada siapa saja terkait kehidupan pribadinya.
Awalnya, ia berjualan hanya sekadar untuk menambah uang jajan sekolah. Namun, karena suatu hal, bocah ini harus membantu mencari nafkah untuk orang tuanya. Lebih khusus untuk sang ibu yang kini tengah mendekam di dalam penjara.
“Upah hasil jualan, aku tabung dulu. Bila sudah banyak, kuserahkan ke ibu setiap pekan,” tuturnya.
Lantas, bagaimana ayahnya? Madan enggan bercerita. Namun satu hal yang pasti, kakak kandungnya sekarang juga tengah bekerja di salah satu tempat olahraga biliar di Banjarmasin. Mengumpulkan uang seperti dirinya, demi membantu meringankan beban sang ibu.
Terlepas dari duka yang ternyata menyelimuti, Madan ternyata bukan lah bocah sembarangan. Di kalangan warga yang kerap nongkrong tak jauh dari tempatnya berjualan, ia bagaikan artis. Lamanya ia berjualan, membuat dirinya dikenal oleh siapa saja. Mulai dari tukang ojek, sopir bajaj, hingga pegawai di mal.
Salah seorang tukang ojek di kawasan tersebut, Rahman, menjelaskan bahwa Madan merupakan sosok bocah periang dan gemar membantu orang-orang.
“Yang saya ingat, dahulu ia sering membantu orang tua yang ingin menyeberang jalan,” kenangnya, seraya membenarkan bahwa Madan memang sudah cukup lama berjualan di kawasan tersebut.