Makam Bukit Batu Lemo, Aroma Mistis Warisan Leluhur
jpnn.com - Bulu kuduk terasa merinding saat pertama kali menjejakkan kaki di areal pekuburan bukit batu Lemo, Makale Utara, Tana Toraja, dua hari lalu. Patung-patung yang bersusun rapi di dinding batu persis di seberang persawahan, seakan menyapa, menatap langsung pengunjung yang datang.
Ken Girsang, Tana Toraja
Apalagi patung-patung itu terlihat mengenakan pakaian lengkap layaknya manusia dan tersusun secara berkelompok. Masing-masing kelompok seakan duduk di beranda rumah masing-masing. Sementara di atas tiap kelompok terdapat sebuah gua tertutup pintu berukuran sekitar 1,5 x 1 meter.
Masyarakat Toraja menyebut patung-patung kayu itu tau-tau. Dipahat sedemikian rupa, lengkap dengan simbol-simbol tertentu. Tau-tau merupakan penanda sebuah makam. Jika di 'beranda' depan terdapat lima tau-tau, berarti di dalam gua terdapat lima jenazah anggota satu keluarga.
Menurut informasi, tau-tau hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan setelah memenuhi sejumlah persyaratan adat. Itulah sebabnya tidak semua gua yang terhampar di dinding bukit batu Lemo, terdapat tau-tau.
Beberapa gua bahkan terlihat terbuka tanpa pintu kayu atau bambu, sehingga pengunjung dapat melihat langsung peti-peti mati yang disusun dalam gua berukuran sekitar 3x5 meter.
Lemo merupakan salah satu pekuburan bukit batu tertua di Tana Toraja. Berjarak sekitar enam kilometer dari Makale, ibu kota Tana Toraja. Lemo artinya jeruk. Nama itu mengacu pada gua-gua tua yang menyerupai jeruk, lengkap dengan bintik-bintik rongga.
Lemo sudah dikenal sebagai salah satu situs budaya sejak 1970 lalu. Di area tersebut terdapat sekitar 70-an makam tua yang telah berusia ratusan tahun.