Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Malari Membakar Jakarta, Antara Persaingan Elite Tentara dan Sentimen Anti-Tionghoa

Senin, 15 Januari 2024 – 22:04 WIB
Malari Membakar Jakarta, Antara Persaingan Elite Tentara dan Sentimen Anti-Tionghoa - JPNN.COM
Massa memadati salah satu ruas jalan di Jakarta Pusat pada saat peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Foto: Antara

jpnn.com - Situasi Jakarta, 15 Januari 1974, benar-benar kacau. Sedikitnya 11 orang meninggal dunia, 17 orang luka berat, 120 orang luka ringan, 807 mobil dan 187 motor hancur berat karena dirusak atau dibakar, 145 gedung juga dirusak atau dibakar, dan 775 orang ditahan.

Itulah kesaksian politikus cum jurnalis Panda Nababan tentang peristiwa Malari, nama akronim dari Malapetaka 15 Januari.

Jurnalis senior itu menuturkan kisah tersebut dalam autobiografinya yang berjudul Jurnalisme Investigatif Panda Nababan Menembus Fakta terbitan Q Communication pada 2009.

Menurut Panda, Malari dianggap sebagai ekses pergerakan Mahasiswa yang pada saat itu getol mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.

Namun, Panda juga menyinggung analisis tentang persaingan antar-elite militer -yakni Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani di satu kubu vis-a-vis dengan klik Wakil Panglima ABRI Jenderal Soemitro- sebagai pemicu Malari.

Ali dan Soedjono merupakan asisten pribadi atau aspri bagi Presiden Soeharto. Aspri dikenal punya pengaruh besar dan kondang dengan Operasi Khusus atau Opsus.

Adapun Jenderal Soemitro saat itu sebagai Wakil Panglima ABRI. Tokoh asal Probolinggo, Jawa Timur, itu juga mengemban jabatan Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), sebuah posisi yang sangat berpengaruh.

“Perseteruan dua kubu elite itu kemudian melibatkan berbagai elemen massa, termasuk mahasiswa, sehingga terjadilah chaos yang mengakibatkan jatuhnya korban harta benda dan jiwa,” tulisan Panda.

Situasi Jakarta pada 15 Januari 1974 sangat kacau. PM Jepang Kakuei Tanaka yang sedang mengunjungi Jakarta sampai meninggalkan Istana Merdeka dengan helikopter.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News