Mantan Panglima TNI Menangis, Lalu Kritik Pemerintah
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso mengkritik pola keamanan dan diplomasi Indonesia, menyusul penyanderaan terhadap warga negara Indonesia oleh kelompok bersenjata di Filipina. Terakhir, penyanderaan terjadi di atas kapal TB Charles.
Djoko mengaku prihatin. Apalagi, penyanderaan terhadap WNI yang merupakan anak buah kapal tersebut merupakan yang ketiga kalinya dalam beberapa waktu terakhir ini.
"Saya menangis terus, sampai tiga kali kita disandera Abu Sayyaf," ujar Djoko saat jadi pembicara diskusi "Paket Ekonomi Gagal Total, Menko Perekonomian Layak Mundur" di Tebet, Jakarta, Selasa, (28/6).
Jika masih menjabat sebagai Panglima TNI, ia akan menggempur markas Abu Sayyaf dengan kekuatan laut dan udara. Karena sudah menyangkut soal harga diri bangsa Indonesia.
"Masih saja kita jatuh ke lubang yang sama setelah 3 kali. Sudah saatnya kita dengan Filipina menyerang itu (Abu Sayyaf). Kita dengan kekuatan laut dan udara, biar Filipina yang masuk dari darat. Ini taruhan bagi bendera kita," tegas Djoko, seperti dilansir dari RMOL.
Meski berasal dari angkatan Darat, Jenderal Djoko sangat terinspirasi dengan kisah pertempuran antara Yunani dan Persia 5 abad sebelum Masehi. Saat itu Yunani berhasil menghancurkan Persia melalui penggalangan kekuatan laut yang mumpuni, dan sangat menjaga keamanan laut.
Menurutnya, kejadian WNI disandera oleh Abu Sayyaf hingga 3 kali berturut-turut ini mencerminkan kepemimpinan Indonesia. "Masa kita disandera sampai tiga kali, ini belasungkawa saya dan ini masalah kepemimpinan," tandas Djoko. (zul/rmol/jpnn)