Maramowe Bangkitkan Budaya Papua yang Hampir Punah
Untuk terus menyemangati para pengukir Kamoro dalam berkarya, yayasan yang dibina PT Freeport Indonesia itu membantu melakukan pembinaan terhadap para pengukir.
Ini agar mereka senantiasa bisa meningkatkan kualitas ukirannya dan membuka akses pasar agar kerajian ukiran ini bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat suku Kamoro.
Luluk mengaku, pihaknya turun langsung ke daerah pesisir Selatan Papua untuk mencari ukiran-ukiran terbaik yang bisa dipasarkan.
Program promosi dan pelestarian budaya Kamoro ini diprakarsai oleh Dr Kal Muller, pendahulu Yayasan Maramowe sejak 1996 dengan dukungan Freeport Indonesia.
"Perusahaan ini juga ikut mendukung penyelenggaraan Festival budaya Suku Kamoro yang pertama pada 1997 hingga seterusnya. Festival ini didatangi para kolektor dan pembeli ukiran kayu mereka yang unik. Freeport juga aktif mendukung keikutsertaan seniman-seniman Kamoro dalam pameran-pameran yang diselengarakan baik di dalam maupun luar negeri," kata Luluk.
Sementara itu, Riza Pratama selaku Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia mengatakan, pihaknya memiliki komitmen kuat untuk membantu kelangsungan pelestarian budaya kerajinan ukir suku Kamoro.
Tentunya, hasil penjualan dari kegiatan pameran juga bisa meningkatkan kesejahteraan para pengukir, sehingga kegiatan budaya tersebut juga terus berlanjut.
"Keuntungan penjualan barang kerajinan ukir di pameran juga kembali ke para pengukir," kata Riza.
Pameran ini menghadirkan empat pengukir asli Suku Kamoro, dari Kampung Timika Pantai dan Kampung Pulau Karaka.