Marine Plastic Debris Menjadi Ancaman Baru Negara Asean
jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah isu lingkungan di perairan kawasan menjadi sorotan tajam para delegasi Kaukus Antar Parlemen Asean atau Asean Inter - Parliamentary Assembly (AIPA) ke-9 yang berlangsung di Jakarta, Selasa (18/7/2017). Diantaranya, mengenai pemutihan koral hingga pencemaran laut akibat sampah plastik (Marine Plastic Debris) yang dinilai berpotensi menjadi ancaman baru.
Salah satu penelitian menunjukkan, jika produksi sampah plastik tidak bisa ditekan, maka pada tahun 2050, sampah plastik di laut akan lebih banyak dari jumlah ikan. Saat ini, sampah di laut dinilai membahayakan satwa laut. Seperti kasus plastik yang ditemukan di perut burung laut atau microplastic dijumpai pada ikan yang kita konsumsi.
Namun sangat disayangkan, negara-negara Asean merupakan kontributor terbesar produsen sampah plastik ukuran mikro ini.
"Sehingga dalam pertemuan ini para delegasi ingin menyiasati agar dibuat regulasi di negara masing-masing tentang pencemaran sampah plastik," ungkap Anggota BKSAP Hamdhani.
Terkait hal itu, menurut Hamdhani, untuk menekan pencemaran sampah plastik, salah satu regulasi yang bisa ditempuh yaitu dengan mengolah sampah menjadi biodiesel atau liquid fertilizier.
Sisi lain, ia mengingatkan, pemerintah Indonesia juga sebelumnya menerapkan peraturan kantong plastik berbayar, meskipun akhirnya dihentikan setelah menuai pro kontra. Tapi, dirinya optimis, pemerintah dapat melakukan terobosan baru untuk menekan polusi sampah plastik. "Kami di DPR tetap konsisten bahwa persoalan sampah atau masukan dari delegasi negara lain dapat kita bicarakan bagaimana menyelesaikannya," sambung Hamdhani.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno, mengatakan persoalan sampah plastik telah menjadi ancaman baru di negara Asean.
Bahkan sampah plastik di laut Indonesia sempat menjadi sorotan dunia. Indonesia diklaim sebagai produsen polutan plastik kedua terbesar setelah China. Disusul negara Asean lainnya, yakni Filipina berada di urutan ketiga diikuti Vietnam.
"Ini adalah ancaman terbaru dan belum pernah terjadi di masa lampau yang sejujurnya kita tidak siap hadapi. Jadi, pada saat ini, kita mengkonsumsi ikan-ikan yang memakan plastik, jika tidak berhati-hati maka akan ada dampak kesehatan yang belum terbayangkan pada saat ini," jelas Arif Havas.(adv/jpnn)