Markaz Syariah, Wajah Lembut FPI di Lereng Gunung Gede
“Makanya, tuh ada perosotan, ayunan dan alat-alat permainan anak-anak di sini.”
Di kedua momen itu, menurut Abdullah, salah seorang pengurus pesantren, area pesantren pun jadi berubah laiknya ‘pasar kaget’. “Banyak orang berjualan. Mulai jualan makanan, minuman, pakaian muslim-muslimah, atribut FPI, hingga poster para habib,” kata Abdullah.
Menurut dia, pada saat-saat awal, yang datang hanya beberapa mobil. “Sekarang, lapangan parkir itu penuh,” kata dia, menunjuk sebuah dataran lapang yang bisa memuat parkir sekitar 100-an kendaraan roda empat.
Menurut Wakil Ketua Umum Pesantren Markaz Syariah, Syeikh Farid Bin Thalib, awalnya Habib Rizieq hanya berencana membangun pesantren seluas 2-3 ha. “Tapi semangat dan dukungan masyarakat begitu antusias, sehingga kini area pesantren mencapai 70-an hektare,” kata dia.
Di puncak dataran lain tampak kandang sapi dan kuda, serta areal yang ditanami sayur-mayur dan perkebunan alpukat jenis green gold, jambu kristal dan cengkeh.
Habib Musthofa Muladawilah, pengusaha ekspor buah ke Eropa dan Timur Tengah, mengatakan alpukat yang dibudidayakan santri Markaz Syariah itu berkualitas premium. “Harganya mahal. Bisa mencapai empat dolar AS per buah,” kata dia. Dia berharap semua aktivitas itu akan membuat pesantren kian mandiri.
Sayangnya, kandang sapi berkapasitas hingga 100 ekor itu kini dibiarkan menganggur. Pasalnya, sapi perah yang selama ini dibudidayakan sudah uzur dan tidak produktif. “Satu persatu kami sembelih sebagai binatang kurban,” kata Habib Muhammad.(jpnn)