Masyarakat Seni Harus Ikut Mengawal dan Meyebarkan Pancasila
jpnn.com, MALANG - Konsep pembangunan kebudayaan nasional diperlukan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang berbasis pada kepribadian asli Indonesia. Dalam kaitan itulah MPR menjadikan seni budaya tradisional seperti wayang kulit sebagai salah satu metode untuk menyosialisasikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pada Sabtu (25/11) malam, Sekretariat Jenderal MPR RI menyelenggarakan pergelaran wayang kulit di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ada ratusan masyarakat dari berbagai daerah di Malang dan sekitarnya menyaksikan pergelaran wayang kulit berlakon Wahyu Makutoromo yang dimainkan dalang Ki Ardhi Purboantono itu.
Pergelaran wayang kulit itu dibuka oleh Ketua Badan Sosialisasi MPR RI Dr. Ahmad Basarah. Secara simbolis, pembukaan ditandai dengan penyerahan tokoh wayang kepada Ki Ardhi Purboantono.
Turut hadir pada pagelaran tersebut Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah SE, MM, Kepala Bagian Pemberitaan Setjen MPR Muhamad Jaya, Ketua DPRD Kabupaten Malang Haris Sasongko, Ketua DPRD Kota Malang Abdul Hakim, para kepala desa di Kecamatan Tumpang, Kapolsek dan para Muspika Kecamatan Tumpang.
Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR melalui pergelaran wayang kulit dengan judul Wahyu Makutoromo dengan dalang Ki Ardhi Purboantono di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/11). Foto: Humas MPR
Ahmad Basarah yang mewakili pimpinan MPR RI dalam sambutannya mengatakan, Bangsa Indonesia pasca-reformasi mulai meminggirkan Pancasila dengan menghilangkan P4, BP7 hingga menghapuskan mata pelajaran PMP di sekolah-sekolah. Alasannya karena P4, BP7 ataupun PMP dianggao sebagai alat kekuasaan Orde Baru.
“Proses itu kini turut diperparah oleh masuknya fundamentalisme pasar dan agama yang beroperasi secara agresif di tengah masyarakat,” ujarnya.