Mayoritas Anak Muda di Jabodetabek Menilai Krisis Iklim Berdampak pada Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Mayoritas anak muda di Jabodetabek menyatakan bahwa krisis ikilm memiliki dampak terhadap kesehatan, ekonomi, atau kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut terungkap dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) bekerja sama dengan Indonesian Parliamentary Center (IPC) bertema “Persepsi Anak Muda terhadap Perubahan Iklim: Tantangan dan Harapan di Pemilu 2024”.
“Sebanyak 85,1% anak muda di Jabodetabek mengatakan bahwa krisis ikilm memiliki dampak terhadap kesehatan, ekonomi, atau kehidupan sehari-hari. Yang mengatakan tidak berdampak 11,4%, dan yang mengaku tidak tahu atau tidak jawab 3,5%,” kata Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an.dalam paparan rilisnya di Hotel Aloft Menteng, Sabtu.(23/12).
Sementara itu, menurut temuan survei, Ali Rif’an menjelaskan bahwa emisi kendaraan bermotor pribadi dan emisi dari kendaraan jalan besar merupakan penyumbang krisis iklim terbesar di Indonesia.
Dia mengungkap lima besar penyumbang krisis iklim terbesar di Indonesia. Pertama, emisi kendaraan bermotor pribadi (19,5%), emisi dari kendaraan jalan besar (15,3%), penggundulan hutan (12,7%).
Keempat, pembangkit listrik atau pertambangan berbahan bakar batu bara (8,3%), dan sektor ekonomi pertanian dan perkebunan besar (6,3%).
Oleh karena itu, temuan survei ini juga menggali aspirasi dari anak muda di Jabodetabek tentang persoalan mengatasi krisis iklim. Menurut pendapat para anak muda, menghentikan pengundulan hutan dan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi merupakan harapan dari anak muda kepada capres dan caleg saat ini.
Dia menyebutkan ada lima besar kebijakan yang diinginkan anak muda di Jabodetabek kepada calon presiden atau calon legislatif terpilih dalam mengatasi krisis iklim.