Mayoritas Investasi Asing Berbentuk Utang
Dibutuhkan Industri Berorientasi Eksporjpnn.com - JAKARTA - Akselerasi investasi di Indonesia juga turut mengerek tingginya posisi utang luar negeri (ULN). Sebab, mayoritas atau sebesar 70 persen dari total foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung asing berupa utang.
Sebaliknya, aliran dana dalam saham masih minim. Untuk itu, Indonesia membutukan investasi yang lebih berorientasi ekspor agar menciptakan keseimbangan.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik dan Moneter Bank Indonesia (BI) Hendy Sulistiowaty mengatakan, dengan FDI yang berorientasi ekspor, hasilnya bisa tercatat sebagai pendapatan pada neraca pembayaran Indonesia (NPI), meskipun di dalamnya ada hak laba milik asing yang nantinya juga akan direpatriasi.
"Namun jika kondisi ekonomi kita bagus, dana asing itu dapat ditanam kembali menjadi FDI. Biasanya 50 persen FDI akan direinvestasi lagi," katanya.
Perlu diketahui, ada perbedaan pencatatan FDI antara otoritas moneter dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pencatatan proyek PMA pada BKPM akan menghitung total modal asing dengan modal dari domestik. Sebaliknya, BI hanya mencatat FDI pada neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Merujuk data BI, ada tren peningkatan utang terhadap sejumlah negara kreditur. Misalnya, utang tanah air kepada Korea naik sekitar 4 persen (year on year/yoy) hingga mencapai USD 4,84 miliar atau setara Rp 57,57 triliun pada periode November 2013.
Selain Korsel, meski kontribusinya masih minim, negara di wilayah Oceania juga menambah pendanaannya terhadap Indonesia sebesar USD 170 juta, atau naik pesat dari USD 52 juta (yoy). Yang terbesar adalah utang Indonesia terhadap Singapura sebesar USD 49,2 miliar atau naik dari USD 41,97 miliar (yoy).
"Ada perusahaan pengolahan yang terafilisasi dengan Oceania menambah utang. Begitu juga perusahaan afiliasi yang berada di Singapura menyuntik utang. Kalau pinjaman dari Korea karena kita akan membeli kapal selam. Jadi semakin tinggi investasi, utang kita juga makin banyak," katanya.
Sementara itu, secara total, tren perlambatan pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia masih berlanjut pada November 2013. ULN gabungan swasta dan pemerintah tumbuh sebesar 3,7 persen yoy, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,9 persen yoy. Posisi ULN Indonesia pada November 2013 tercatat sebesar USD 260,3 miliar atau mencapai 29,2 persen dari PDB."
Pertumbuhan ULN yang melambat terutama dipengaruhi oleh turunnya posisi ULN sektor publik atau pemerintah yang pada November 2013 tercatat turun menjadi USD 123,3 miliar atau tumbuh negatif sebesar 2,7 persen yoy.
Sementara itu, posisi ULN sektor swasta mencapai USD137,1 miliar, tumbuh 10,2 persen (yoy) atau melambat jika dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,5 persen yoy.
"Rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) kita masih aman meski naik tipis menjadi 29,2 persen," katanya. (gal/sof)