Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

MbS Tiwikrama

Oleh Dahlan Iskan

Selasa, 10 Maret 2020 – 11:11 WIB
MbS Tiwikrama - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Kejadian ini benar-benar sulit dijelaskan. Kalaupun bisa diuraikan apa penyebabnya tidak bisa dijelaskan apa tujuannya.

Tiba-tiba saja harga minyak mentah turun drastis-tis-tis-tis. Dari yang sudah rendah --sekitar USD 55/barel-- menjadi hanya USD 30. Senin kemarin.

Berita virus corona langsung kalah viral --mungkin juga kalah dalam memperburuk ekonomi dunia.

Baca Juga:

Awalnya di sidang OPEC --organisasi negara pengekspor minyak mentah-- gagal sepakat. Mungkin karena Presiden Indonesia tidak hadir di sidang itu --Indonesia sudah bukan lagi anggota OPEC. Sejak impornya lebih tinggi dari ekspornya.

Sidang itu inginnya satu: menaikkan harga minyak dunia. Harga USD 50/barel dianggap terlalu rendah.

Mereka pernah menikmati harga minyak USD 90/barel dalam kurun yang panjang. Bahkan pernah di atas USD 100/barel. Negara-negara OPEC pun kebanjiran dolar --menjadi disebut negara petrodolar.

Masa panen raya itu tidak pernah terjadi lagi sejak lebih lima tahun lalu. Yakni sejak Amerika Serikat menemukan sumber minyak/gas baru. Tepatnya: sejak Amerika menggalakkan teknologi baru di bidang pengambilan gas.

Itulah yang disebut shale gas. Dengan teknologi baru itu Amerika mampu menyedot gas dari retakan-retakan bebatuan.

Mohammad bin Salman (MbS) marah, Arab Saudi banting harga minyaknya hingga USD 30 per barel. Indonesia akan ikut menikmati: subsidi BBM yang mencapai lebih Rp 100 triliun itu akan langsung hilang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News