Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Melihat Kiprah Ece Dail Falahudin, Penapal Kuda Internasional dari Cianjur

Klien Indonesia Para Jenderal, Klien Singapura Mau Bayar Mahal

Jumat, 05 Desember 2014 – 03:03 WIB
Melihat Kiprah Ece Dail Falahudin, Penapal Kuda Internasional dari Cianjur - JPNN.COM
PROFESI LANGKA: Ece Dail Falahudin di kompleks peternakan kuda di Bandung pekan lalu. Dia enjoy menjalani profesi yang masih dipandang sebelah mata itu. Foto: M. Amjad/Jawa Pos

Ece kemudian bercerita, profesi menapal kaki kuda masih sering dipandang sebelah mata. Padahal, kalau ditekuni, profesi itu bisa sangat menjanjikan. Bahkan, dia tidak menyangka dirinya kini sampai dikontrak untuk menangani kuda-kuda di beberapa negara.

’’Saya kebetulan sedang di sini. Besok (Minggu, 30/12) saya sudah harus ke Singapura,’’ terang dia waktu itu.

Ya, saat ini Ece dikontrak sebagai penapal kuda tim equestrian(berkuda) Singapura untuk SEA Games 2015. Karena itu, secara periodik, mantan atlet berkuda Indonesia sejak 2008 tersebut harus pergi ke negeri jiran itu.

Menurut Ece, kualitas penapal kuda Indonesia sebenarnya cukup bagus. Sebab, kuda-kuda yang ditangani sangat bervariasi. ’’Jadi, kalau keluar (negeri) tidak kaget karena memang tipe kaki kuda yang ditapal pernah ditangani di Indonesia,’’ ucapnya.

Ece mengawali karir sebagai groom atau pengurus kandang kuda. Pada 1984, dia bekerja di kompleks pacuan kuda Pulo Mas, Jakarta. Tiga tahun kemudian, dia menjadi asisten penapal kuda senior Rasyid. Selama lima tahun (1987–1992), dia belajar dari Rasyid. Ece sempat mendapat pelatihan khusus menapal kuda saat pindah ke stable Arthayasa.

’’Saya sangat berterima kasih kepada Pak Rafiq (panggilan Radinal Muhtar, pemilik Arthayasa). Saya diikutkan kursus sehingga bisa berkembang sampai sekarang,’’ terang lelaki asal Cianjur, Jawa Barat, tersebut.

Untuk menjadi penapal profesional, kata Ece, seseorang mesti ’’sekolah’’ lebih dahulu. Yakni, ’’sekolah’’ kepada penapal senior beberapa tahun sebelum menjalani profesi secara mandiri. Nah, saat sudah mandiri itulah, seorang penapal harus meng-upgrade kemampuan terus-menerus.

’’Saya belajar dari penapal kuda dari Swedia dan Australia. Mereka didatangkan bos (Arthayasa) ke sini. Setiap hari saya melihat bagaimana mereka menapal kuda dengan baik,’’ ucapnya.

Penapal kuda kini menjadi profesi langka. Apalagi yang berkaliber internasional. Di antara yang sedikit itu, nama Ece Dail Falahudin termasuk pakarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close