Menabung Seribu Per Hari Selama Setengah Abad demi Berhaji
jpnn.com - SUDAH lebih dari setengah abad, Madzari (78), warga pedalaman Kampung Panggeleseran, Desa Banyuresmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, menanti untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima.
Rupiah demi rupiah disisihkan dari hasil berdagang, demi mewujudkan mimpi menuju Tanah Suci.
----------
Laporan : Arif Al Fajar
----------
TAK ada kemewahan di rumah Madzari. Hanya seonggok kursi tua, serta beberapa helai kayu yang menghiasi depan rumahnya. Bahkan untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK) pria renta ini mengandalkan sungai yang berada tepat di samping rumahnya.
Kepada wartawan Radar Bogor (Grup JPNN), Sali -sapaan Madzari- berbagi cerita bahagia. Tepatnya di pertengahan pekan lalu, Sali mendapat kepastian berangkat ke Tanah Suci. Kegigihan untuk dapat menyentuh hajar aswad, akhirnya terbayar sudah.
“Alhamdulillah, Ahad (14/9) nanti abah berangkat ke Tanah Suci. Dari waktu masih muda, abah nabung dari keuntungan berdagang di Tanggerang,” tuturnya dengan mata berbinar.
Perjuangan Sali untuk bisa berhaji sudah dilakoninya sejak usia muda. Dari hasil berdagang, Sali mengumpulkan Rp1 ribu-Rp3 ribu setiap hari. Setelah terkumpul bertahun-tahun, Sali membeli tanah di Kecamatan Cigudeg.
“Sekitar dua tahun lalu, abah jual kembali Rp5 ribu per meter. Semua untuk biaya daftar haji sebesar Rp30 Juta," tutur Sali di kediamannya yang amat sederhana.
Bukan waktu yang sebentar bagi kakek beranak 9 tersebut untuk mengumpulkan biaya berhaji. Mulai menabung sejak usia 22, ia baru bisa mendaftar haji pada 2012 lalu. Hingga kini, Sali mengaku masih tak menyangka dirinya akan bisa pergi ke Tanah Suci.
“Abah tidak menyangka kalau tahun ini abah berangkat. Katanya ada calon jemaah haji yang meninggal, sehingga kuota hajinya ada buat abah. Ya, inilah jawaban dari yang maha kuasa, mungkin dua sampai tiga tahun lagi sudah tidak kuat, jadi abah diberangkatkan sekarang,” ucap Sali, sambil meneteskan air mata.