Menangis Meraung-raung, Bersimpuh di Teras Mapolres, Malah Ditertawakan
Yang pasti, Syahril, Rahmat, maupun peserta lain mengaku awalnya grogi juga ketika akan tampil di hadapan puluhan orang. Apalagi, di kehidupan sehari-hari, mereka rata-rata mengaku jarang menangis. Ungkapan kerennya: boys don’t cry. Anak cowok masak nangisan (mudah atau suka menangis)? “Tapi, demi SIM gratis, kami lawan saja rasa gugup itu, he he he,” kata Rahmat.
Lengkapnya, barangkali, melawan gugup dan malu. Bayangkan saja, ada seorang peserta lain, sebut saja namanya Sofyan, yang dari tongkrongannya sama sekali tak pantas nangisan. Lha badannya saja kekar, mungkin karena rutin nge-gym. Bertampang sangar bak preman pula. Tapi, begitu masuk arena lomba, langsung saja dia mewek sambil meraung, “Sayaaang, kenapa kau pergi begitu cepat? Abang kesepian, Sayaang.”
Meski ger-geran, Kasatlantas Iptu Renthauli N. Pardede menganggap lomba tersebut sedikit banyak telah kuat menyampaikan pesan tentang pentingnya berdisiplin lalu lintas. Baik berkendara sepeda motor, bentor (becak motor), maupun mobil. Tapi, ungkap Renthauli, pihaknya masih akan mengevaluasi seberapa jauh manfaat yang dirasakan masyarakat. “Kalau ternyata positif, akan kami gelar secara rutin,” katanya.
Jika benar lomba itu dirutinkan, calon peserta berikutnya punya banyak waktu untuk berlatih. Tak perlu malu. Manusia kan bisa terluka. Dan manusia pun, seperti kata Dewa 19 dalam Air Mata, butuh menangis. Ada atau tidak ada SIM gratis. (*/JPG/c9/ttg)