Mencoba Berpikir Lebih Tenang
Minggu, 08 Januari 2012 – 18:30 WIB
Ketika ditanya wartawan, saya pun bingung. Akhirnya, saya mulai detik itu memutuskan bahwa jika ditanya mengenai sesat atau tidaknya suatu ajaran agama, saya tidak mau menjawab. Karena apa? Tugas kementerian bukan untuk mencampuri masalah ajaran agama. Kalau mau bertanya mengenai sesat tidaknya suatu ajaran, silahkan tanyakan kepada majelis ulama dan saya tak mau jawab.
Menurut Anda dimana letak titik kesalahannya? Apakah pendidikan agama di sekolah? Atau mungkin kurikulum pendidikan agamanya yang salah?
Tidak. Menurut saya kurikulum pendidikan agama tidak salah dan tidak akan ditinjau kembali. Saya akan merubah kurikulum hanya untuk peningkatan kualitas agama. Kalau pendidikan agama dituding menjadi biang pembentukan anak radikal dan intoleran, tidak mungkin hanya 0,01 persen yang radikal. Pasti semua masyarakat Indonesia bertindak radikal. Contoh saja, saya dan semuanya ini produk kurikulum pendidikan agama yang ada saat ini. Apa saya dan semuanya bertindak radikal? Kan tidak. Jadi bukan kurikulumnya yang salah.
Perbaikan kurikulum memang diperlukan karena harus seiring dengan terus berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan keagamaan, dan teknologi. Tapi kalau motivasi perbaikan kurikulum itu berlatarbelakang adanya tindakan radikalisme dan terorisme, itu salah. (cha/jpnn)