Mencoba Hotel 'Kempinski' Indonesia yang Baru (3-Habis)
Bernostalgia dengan Foto-Foto Hitam Putih Bung KarnoJumat, 03 April 2009 – 06:26 WIB
Saya naik kembali ke lantai enam. Keluar dari lift saya perhatikan tanda-tanda, jangan-jangan saya salah memilih lift. Logika saya mestinya tidak salah. Semua orang, menurut akal sehat, tentu akan selalu mencari lift terdekat. Maka itulah lift terdekat. Jadi, akal saya sebenarnya masih sehat. Apalagi, tidak ada petunjuk sama sekali bahwa penghuni tidak boleh menggunakan lift terdekat itu.
Saya pun mencari-cari lift yang lain. Oh, di sebelahnya ada dua lift lagi yang juga berjajar. Saya pun masuk. Kali ini saya merasa pasti inilah lift yang benar. Ternyata saya salah lagi. Lift ini lift barang yang juga tidak bisa dipakai ke lobi. Sekali lagi saya tidak melihat tanda apa pun bahwa lift itu lift barang, kecuali dinding-dindingnya yang tahan benturan. Apalagi, saya juga baru melihat banyak orang keluar dari lift itu. Logika saya: ini bukan lift barang.