Menduniakan Kolintang menuju Unesco
jpnn.com - JAKARTA - Bunyi alunan kolintang menggema nan merdu di salah satu pusat berbelanjaan ternama di Bundaran HI, Jakarta Pusat pada Rabu (30/10) malam. Alunan kolintang ini bersaing dengan sejumlah lagu-lagu pop Barat yang mengisi beberapa sudut mall itu. Ini adalah gambaran bagaimana perjalanan alat musik asal Minahasa, Sulawesi Utara itu akan bersaing dengan alat musik tradisional lainnya untuk mendunia dan dicintai khalayak.
Kini kolintang akan menyusul sejumlah kekayaan tradisional Indonesia lainnya menuju Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Upaya ini lah yang tengah dijalankan oleh Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Indonesia. Sebuah organisasi yang ingin mempertahankan eksistensi kolintang di mata masyarakat Indonesia dan dunia hingga menuju Unesco.
Menurut Wakil Sekjen Pinkan, Juli Widiastuti Santosa, selama dua tahun ini Pinkan berusaha keras untuk kembali membangkitkan kecintaan masyarakat Indonesia pada kolintang. Ini, kata Juli, bukan hal yang mudah.
“Dulu kolintang banyak dimainkan terutama oleh unit Dharma Wanita. Namun saat ini sudah mulai menurun. Makanya kami bergerak untu mensosialisasikan kembali kolintang pada masyarakat dan kaum muda,” ujar Juli di sela-sela acara permainan kolintang dalam sebuah pameran bertema budaya Indonesia.
Kolintang atau kulintang adalah alat musik perkusi yang terbuat dari kayu dan perunggu asal Indonesia bagian timur dan Filipina. Di Indonesia kolintang dihubungkan dengan orang Minahasa dari Sulawesi Utara, namun kolintang juga terkenal di Maluku dan Timor.
Meski hanya dimainkan di beberapa tempat tersebut, Juli menyatakan kolintang sudah merangkak menuju mancanegara. Kolintang mendunia karena diperkenalkan para perantau asal Minahasa yang menetap di luar negeri. Di beberapa belahan duni, kata dia, jika terdapat orang Minahasa maka kolintang dapat dengan mudah dijumpai. Di Amerika, terdapat grup-grup kolintang Michigan MISDA Kids Andrews University Pioneer Chapel yang rutin menunjuk permainan kolintang pada masyarakat setempat.
Begitu juga dengan perkumpulan di Gereja Masehi Injili di Jepang (GMIJ). Anggota GMIJ membentuk grup kolintang seperti di Minahasa sehingga rasa persaudaraan dan kekeluargaan masyarakat Minahasa di Negeri Matahari Terbit itu tetap terjalin sekaligus mengenalkan kolintang pada masyarakat Jepang.
Menurut Juli sudah banyak pertunjukan kolintang yang juga sukses di luar negeri seperti saat dalam Konser Natal Albertschweitzer Haus dan beberapa konser di Vienna. Di Australia, lanjutnya, terdapat beberapa grup kolintang terutama di sekolah-sekolah dengan kurikulum internasional.