Menelusuri Jejak Hendrawan, Teroris Pelarian Perencana Bom Bandara Changi, Singapura
Berlogat Melayu, Istri Beri Les Inggris GratisJumat, 24 Juli 2009 – 09:30 WIB
Mobil L 300 nopol N 1651 KA milik Ali berangkat dari Batu pada Sabtu (20 Juni 2009) sekitar pukul 19.00. Saat berangkat, mobil itu cuma berisi tiga orang. Hendrawan, istrinya Najwa, dan Ali sendiri selaku sopir. Tujuan mobil itu adalah Pondok Pesantren Darus Sahadah di Simo, Boyolali. Di pondok pesantren itu, kedua anak Hendrawan, yakni Khalid dan Abdullah Zubair, sedang diwisuda.
Mereka tidak lama di sana. Setelah acara wisuda, rombongan langsung kembali ke Batu sekitar pukul 14.30. Saat pulang itu jumlah penumpang bertambah. Ada empat orang lagi yang ikut. Yakni, dua anaknya, satu teman anaknya beserta ibunya, warga Bojonegoro. Saat perjalanan pulang itulah, penangkapan Hendrawan terjadi. Ketika sampai traffic light by pass Solo sekitar pukul 16.00, mobil berhenti sejenak. Posisi mobil waktu itu berada paling depan. Tiba-tiba sebuah mobil Kijang Innova warna hitam menghadangnya. Tak cuma itu, di sisi kiri juga ada mobil yang sama. Begitu juga di belakangnya.
Sejenak kemudian, lima orang keluar dari mobil-mobil itu. "Saya kira perampok. Saya takut sekali waktu itu," kenang Ali.Dua di antara lima orang itu lalu menodongkan pistol dan mengenalkan diri sebagai polisi. "Saya lega. Waktu itu pintu mobil disuruh membuka dan kami semua disuruh keluar," kata Ali.
Semua penumpang keluar, kecuali Hendrawan. Dia memegang erat pegangan pintu. Karena tak mau keluar, dua orang yang mengaku polisi itu menarik Hendrawan hingga pegangan pintu mobil patah.