Menelusuri Jejak Sejarah Persandian di Jogja
Dirintis Seorang Dokter, Kantor Pindah Empat Kalijpnn.com - “Ingatlah bahwa kechilafan satu orang sahaja tjukup sudah menyebabkan keruntuhan negara”. (dr Roebiono Kertopati)
KUSNO S. UTOMO, Jogja
PESAN itu akan dapat kita baca begitu meng-injakkan kaki di depan Museum Sandi di Jalan Faridan M. Noto 21 Kotabaru, Jogja. Ya, ungkapan itu merupakan pesan yang disam-paikan dr Roebiono yang merupakan Bapak Persandian Nasional sekaligus dokter pribadi Presiden RI pertama, Soekarno.
Roebiono menerima perintah membentuk lembaga sandi negara pada 4 April 1946. Ia secara khusus dipanggil Menteri Pertahanan Amir Syarifudin yang kelak menjabat per-dana menteri saat ibukota berpindah ke Jogjakarta. Pertemuan antara kedua tokoh tersebut dilukiskan dalam diorama berupa patung Amir dan Roebiono yang tengah berdialog membahas pembentukan lem-baga sandi negara. Ketika menerima perin-tah itu Roebiono bertugas di bagian B (intelijen) Kementerian Pertahanan RI.
Meski dengan kemampuan terbatas, tak lama setelah menerima perintah itu, Roebiono yang berpangkat letnan kolonel itu segera bergerak. Dalam waktu tidak terlalu lama, Roebiono segera merealisaikan instruksi tersebut. Ia membentuk kamar sandi yang kelak akan menjadi embrio berdirinya Lembaga Sandi Negara.
Peran besar yang dimainkan aparatur sandi negara terungkap di dalam museum tersebut. Di antaranya ketika ibukota sementara yang berkedudukan di Jogja di-kuasai Belanda melalui agresi militer II pada 21 Desember 1948.
Kala itu, sejumlah pimpinan negara seperti Presiden Soekar-no, Wapres M. Hatta dan beberapa menteri ditahan. Mereka kemudian ditawan di Bangka. Sebelum ditangkap, Soekarno telah membuat pesan khusus berupa pemben-tukan pemerintah darurat Republik Indo-nesia (PDRI)
Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang tengah berada di Bukittinggi, Sumatera Barat dan Mr Palar yang sedang melawat di New Delhi, India mendapatkan mandat membentuk PDRI. Lewat pesan persandian, perintah presiden itu di-keluarkan.