Mengapa Hoaks Masih Ada? Ini Penjelasan Praktisi Pendidikan
jpnn.com, PALOPO - Sebanyak 7.042 siswa dari 155 SD, SMP, dan SMA di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, mendapat bekal pendidikan mengenai literasi digital.
Dalam webinar yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, anak didik diberikan pemahaman tentang bahaya hoaks dan mengapa berita bohong masih beredar.
Dalam webinar bertema “Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu,” praktisi pendidikan Imam Wicaksono menyampaikan ada bahaya terselubung di dunia maya, seperti kecanduan gawai dan penipuan siber yang berbahaya saat beraktivitas di dunia digital.
Selain itu, dia meminta anak didik waspada terhadap penyebaran informasi palsu dan fakta yang direkayasa atau dikenal dengan hoaks.
“Kita harus mampu membedakan berita bohong yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Namun, mengapa hoaks masih tetap ada? Hoaks ada karena terdapat kepentingan finansial dan provokatif yang bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sebagai individu, kita harus menjaga diri dari hal-hal yang buruk,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Palopo Asnita Darwis mengingatkan ada batasan-batasan yang harus dijaga di media sosial dan perlunya kompetensi berbudaya di ruang digital. Dia menambahkan penting juga untuk meningkatkan literasi digital dengan menulis dan memanfaatkan perpustakaan maya.
“Saya mendorong anak-anakku untuk berpartisipasi dalam upaya bersama dalam membuat perpustakaan digital untuk meningkatkan prestasi. Mari kita manfaatkan teknologi untuk membentuk generasi digital yang bijak dalam menggunakan smartphone, iPad, dan gadget lainnya,” ujarnya.
Dosen Universitas Sriwijaya Anang Dwi Santoso mengatakan berjejaring sangat penting di era digital karena bisa memperluas jaringan serta mengembangkan sinergi.