Mengejutkan, Pemberontak Houti Ajak AS dan Saudi Berdamai
jpnn.com, SANAA - Secercah harapan lahir di Yaman. Kemarin, Senin (19/11) tidak ada lagi misil dan drone yang menghiasi langit Yaman. Kelompok militan Houthi memutuskan untuk berdamai.
Mereka ingin mengakhiri pertempuran. Mereka menghendaki gencatan senjata dengan pasukan Yaman dan koalisinya, militer Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Keputusan itu disampaikan sendiri oleh pemimpin tertinggi Ansar Allah, nama lain Houthi, Muhammad Ali Al Houthi. "Kami berinisiatif menghentikan serangan agar koalisi AS-Saudi tak lagi menjadikannya alasan pembenar," ungkapnya sebagaimana dilansir Reuters.
Ketua Komite Revolusi Tertinggi itu juga menyerukan kepada seluruh sekutu Houthi di Yaman untuk menghentikan agresi. Bahkan, sehari sebelumnya, dia menarik personel tempur Houthi dari Hudaidah.
"Kami ingin mempertegas lagi posisi kami dalam konflik ini. Agar dunia tahu kubu mana yang tak mau berdamai," ungkap Muhammad Al Bukhaiti, petinggi Houthi yang lain, kepada Al Jazeera.
Pernyataan dan sikap Houthi itu mengejutkan masyarakat internasional. Selama ini Muhammad Ali Al Houthi dikenal sebagai petinggi Houthi yang paling kaku. Dia berkali-kali menolak berdamai dengan pemerintah Yaman. Maka, saat inisiatif damai itu meluncur dari mulutnya, dunia menyambut gembira.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyampaikan dukungannya terhadap upaya damai di Yaman. Dia menegaskan bahwa tujuan utama koalisi Saudi dan AS bukanlah untuk melawan rakyat. Atau, melawan kelompok yang ada di dalam negeri. Melainkan, mencegah intervensi dari musuh bebuyutan Saudi. Yakni, Iran.
"Rezim Iran selalu ikut campur urusan negara lain. Tugas kami adalah mendukung rakyat Yaman dengan kekuatan yang setara," tegas Salman saat berpidato di Shura Council.