Mengenal RMP Sosrokartono, Sosok Intelektual dan Wartawan Perang Dunia I
Oleh Agus Widjajanto - Praktisi Hukum & Pemerhati BudayaIa terpanggil untuk mencintai bangsanya dengan mencintai budaya dan adat istiadat sebagai tata hidup luhur dari para leluhur. Tata hidup luhur ini disebutkan dia bagian dari harga diri dan ruhnya Bangsa Merdeka. Bangsa yang tidak suka bangsanya dijajah bangsa lain dan berjuang dengan caranya sendiri.
Falsafah dari SMP Sosrokartono yang hingga kini menjadi pedoman bagi para pini sepuh dalam pengajaran budi pekerti terhadap anak-anaknya adalah prinsip hidup Sugih Tanpo Bondo (kaya hati tanpa harus harta), Digdoyo Tanpo Aji (tak terkalahkan tanpa kesaktian) dan Ngluruk Tanpo Bolo (menyerbu musuh tanpa pasukan).
Selanjutnya Menang tanpo ngasorake (Menang tanpa merendahkan lawan), Trimah Mawi Pasrah (menerima dan pasrah akan takdir), Suwung Pamrih Tebih Ajrih (kalau tanpa pamrih maka tidak ada ketakutan pada diri kita) serta Langgeng Tan Ono Susah Tan Ono Bungah (Seterusnya hidup selalu ada sedih dan gembira).
RMP Sosrokartono wafat pada 8 Februari 1952 di Bandung. Ia dikebumikan di pemakaman keluarga besarnya di Desa Kaliputu, Kota Kudus, Jawa Tengah. Urip Kuwi Urup, RMP Sosrokartono adalah cahaya rembulan yang menyinari kegelapan malam saat jamannya.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi generasi saat ini dan generasi mendatang untuk selalu menjaga dan mencintai bangsa, budaya dan adat istiadat. Apalagi, masalah karakter bangsa di era reformasi ini dianggap bangsa ini sudah mulai kehilangan jati dirinya.
Budaya luar sangat deras masuk ke segala lini kehidupan bangsa, baik sosial budaya, hingga politik yan menghalalkan segala cara.
Untuk memberikan pencerahan kepada generasi muda milenial, saya coba tulis tentang sejarah hidup salah satu inspirator pembangun karakter bangsa di era sebelum Indonesia Merdeka. Utamanya saat berdirinnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 di Jakarta.(***)