Mengenali Dampak Sindrom FOMO Terhadap Pelajar
jpnn.com, JAKARTA - Tiga mahasiswi Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI, yakni Yulia Zahra Yamini, Rahmawati dan Elsita Yusera melakukan penelitian tentang pengaruh sindrom Fear of Missing Out (FOMO) akibat kecanduan atau ketergantungan smartphone pada pengunjung perpustakaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong.
"Pertanyaan kita kala itu adalah seberapa jauh dampak dari sindrom FOMO di kalangan pengunjung perpustakaan Islam Cendikia Madani. Ternyata sama sekali tidak diketemukan sindrome FOMO di kalangan pelajar tersebut," kata ketua kelompok penelitian, Yulia Zahra Yamini
didampingi pembimbing penelitian Pranajaya, dosen program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Menurut Yulia, penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada perkembangan media sosial yang begitu pesat. Bahkan, banyak orang menyalah gunakan media sosial. FOMO sendiri, kata dia, merupakan fobia baru di kalangan internet dan media sosial. Sama dengan Fobia lainnya, FOMO adalah kekhawatiran atau ketakutan ketinggalan berita di internet atau jejaring sosial.
"FOMO juga sering disebut sebagai rasa khawatir jika melihat orang lain terlihat lebih bahagia dan merasakan kepuasan yang lebih besar dari yang mereka rasakan. Hal ini diyakini merupakan salah satu dampak dari perkembangan sosial media yang cukup pesat," ujarnya.
Kemudian, kata Yulia, para peneliti kemudian bersepakat untuk membahas dampak FOMO terhadap para pelajar khususnya pada pengunjung perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong.
"Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran yaitu berupa gambaran tentang dampak negatif Sindrom FOMO terhadap para pelajar,” katanya.
Pernyataan Yulia diamini Rahmawati. Menurutnya, dampak negatif dari sindrom FOMO adalah membuat penggunanya terlalu terpaku pada media sosial, kurangnya berinteraksi dengan orang di sekitarnya, kurangnya sosialisasi, kecanduan, terlupakannya bahasa formal, depresi dan ketakutan yang luar biasa hanya karena tidak melihat sosial media.
"Dalam melakukan penelitian kita menggunakan metode deskriktif dengan menggunakan sejumlah kuisioner yang di bagikan kepada para responden. Responden dalam hubungan ini ialah para pelajar yang menjadi pengunjung perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong. Dari populasi tersebut di ambil sampel sebanyak 30 orang," katanya.