Mengenang Pahlawan KKO Anumerta Usman Harun Pasca-Pengukuhan KRI
Berharap Ada Tetenger Pengingat Masa Perjuanganjpnn.com - Sersan KKO (sekarang Korps Marinir) (Anumerta) Usman Janatin dan Kopral KKO (Anumerta) Harun bin Said menjadi buah bibir lagi. Keduanya diabadikan sebagai nama Kapal Perang RI (KRI) pada 4 Desember lalu di Mako Armatim, Surabaya.
Laporan Suryo Eko Prasetyo, Surabaya
SUASANA khidmat menyelubungi Dermaga Madura, Ujung, Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim), Kamis pagi (4/12). Ratusan prajurit TNI-AL dari Satuan Kapal Eskorta Koarmatim berbaris mengikuti rangkaian upacara militer dan acara adat.
Kegiatan itu berlangsung sehari menjelang puncak Hari Armada yang diperingati setiap 5 Desember. Di seberang tenda undangan, dua KRI teranyar tengah sandar di dermaga. KRI Usman Harun berada di seberang utara tenda. Di depannya tampak KRI Bung Tomo.
Dua kapal perang jenis multi role light frigate (MRLF) yang diseberangkan dari Inggris menjelang HUT TNI Oktober lalu itu dihiasi berbagai ornamen dan bendera warna-warni.
Dua nama kapal perang itu memang lekat dengan masyarakat Jawa Timur. Bung Tomo, arek Suroboyo kelahiran Blauran, Kecamatan Bubutan, merupakan salah seorang aktor pertempuran Surabaya, 10 November 1945. Hingga kini peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Pahlawan. Bahkan, Kota Surabaya pun dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan.
Sementara itu, Usman kelahiran Purbalingga dan Harun asal Pulau Bawean, Gresik. Keduanya adalah pahlawan nasional era Dwikora pada 1962–1968. Yakni, ketika Indonesia berkonfrontasi dengan Singapura selaku ”boneka Inggris”.
Dua pahlawan baret ungu itu menjadi nama pahlawan dwitunggal pertama di Indonesia yang diabadikan sebagai KRI. Bahkan, dwitunggal proklamator Soekarno-Hatta hingga kini belum menjadi nama KRI.