Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mengharukan, Sepekan Bertahan di Puing Gempa, Kakek Renta Selamat

Selasa, 05 Mei 2015 – 06:06 WIB
Mengharukan, Sepekan Bertahan di Puing Gempa, Kakek Renta Selamat - JPNN.COM
Funchu Tamang. Foto: newstimes.com

HATTIGAUDA - Dunia juga terus dibuat tercengang dengan kisah-kisah penyelamatan para korban gempa Nepal 25 April. Kisah yang mengharukan. Sejauh ini pemerintah mencatat sedikitnya ada 7.200 orang yang kehilangan nyawa karena bencana paling mematikan di Negeri Atap Dunia tersebut.
    
Kemarin (4/5) pemerintah melaporkan, seorang kakek berusia 101 tahun berhasil dievakuasi dari reruntuhan rumahnya. Selama sepekan dia bertahan di antara puing-puing. Funchu Tamang, nama kakek itu, menjadi korban selamat tertua yang berhasil dievakuasi dari lokasi bencana.

Dia diterbangkan ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan helikopter pada Sabtu (2/5).
    
Tamang hanya menderita beberapa luka di dada, kaki, dan tangannya. Namun, karena usianya sudah lanjut dan kondisi fisiknya lemah, tim penyelamat segera mengirimnya ke salah satu rumah sakit di Kota Hattigauda. "Saya berada di kebun saat sebuah batu menimpa tubuh saya. Saat itu saya rasa ajal saya sudah tiba," ungkap Tamang.
    
Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) itu meratakan rumah Tamang dengan tanah. Batu-batu berukuran besar menggelinding dengan sangat cepat ke arah rumahnya. Beruntung, dia berada di luar rumah ketika itu. Dalam hitungan detik, rumah pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani tersebut hancur.
    
Sebuah batu besar mendarat di dada Tamang. Dia tidak bisa bergerak. Beberapa jam setelah guncangan reda, menantu perempuan Tamang menemukan sang mertua dalam kondisi memprihatinkan. Tamang pun kemudian ditarik dari balik batu. Tetapi, karena Distrik Nuwakot rusak parah, Tamang terpaksa hanya berbaring di halaman.
    
Tamang merupakan survivor gempa Nepal pada 1934. Namun, menurut dia, gempa kali ini lebih mengerikan.

"Ini jauh lebih buruk dari gempa yang pernah saya alami pada 1934," ucapnya. Kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi terdahsyat di Nepal selama delapan dekade terakhir tersebut jauh lebih parah. Tetapi, yang lebih mengerikan bagi para korban selamat adalah menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan yang mulai membusuk di sekitar reruntuhan.
    
Seiring semakin dekatnya tim penyelamat dengan desa-desa terpencil yang menjadi pusat gempa, angka korban pun melonjak. Kerugian materi yang harus ditanggung Nepal dalam bencana kali ini cukup fantastis.
    
"Dalam waktu dua atau tiga pekan, pemerintah akan menyusun skema rekonstruksi yang cukup serius. Kami pun membutuhkan begitu banyak bantuan dari masyarakat internasional," papar Menteri Informasi Nepal Minendra Rijal.
    
Nepal juga membutuhkan dana rekonstruksi yang sangat banyak. Terutama untuk memulihkan infrastruktur yang luluh lantak. (AP/AFP/hep/c15/na)

HATTIGAUDA - Dunia juga terus dibuat tercengang dengan kisah-kisah penyelamatan para korban gempa Nepal 25 April. Kisah yang mengharukan. Sejauh

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News