Mengungkap Sisi Lain dari Lembah Dosa di Kendari
jpnn.com - DERETAN rumah warga berdindingkan papan tampak di Jalan Permai (dekat SMPN 12 Kendari). Ada delapan unit rumah. Ada yang beratapkan seng, ada pula yang masih menggunakan rumbia. Sebanyak 44 jiwa dari delapan KK berdiam di permukiman yang berada di Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Mereka semua satu kerabat yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Warga sekitar menjuluki lokasi tersebut sebagai Lembah Dosa....
Rutinitas warganya sehari-hari berkeliling Kota Kendari. Mereka mencari tempat pembuangan sementara (TPS) memilih sampah plastik dan kardus. Mereka juga mencari kaleng yang terbuat dari campuran aluminium. Tak hanya para orang tua, anak-anaknya yang masih usia sekolah turut dilibatkan dalam pengumpulan barang bekas tersebut.
Aktivitas memulung dimulai dini hari. Pukul 03.00, para orang tua sudah siapkan karung dan gerobaknya untuk mencari nafkah dengan memanfaatkan sampah-sampah plastik. Sebagian membawa anak-anaknya.
Sungguh miris, di antara anak-anak itu, mayoritas harus meninggalkan bangku sekolah dan lebih memilih membantu orang tuanya mengumpulkan plastik bekas. Namun, ada juga yang masih mengenyam pendidikan pada bangku sekolah dasar.
Anak-anak yang masih sekolah terlibat membantu orang tuanya mengumpulkan plastik bekas setelah pulang sekolah. Jam belajar terkadang terabaikan. Orang tuanya pun tak mendorong mereka untuk memperhatikan mata pelajaran. Tingkat ekonomi yang cukup rendah mendorong mereka abai terhadap pendidikan. Tak jarang para orang tua mereka lebih senang jika anak-anaknya membantu mencari plastik bekas. Usia anak-anak mayoritas 9-12 tahun. Memang usia ideal duduk di bangku sekolah dasar.
Lalu kenapa lokasi itu dijuluki Lembah Dosa? Ternyata predikat Lembah Dosa disematkan oleh segelintir warga sekitar pemukiman itu. Kawasan yang dihuni delapan kepala keluarga itu dianggap sebagai gerbong kejahatan. Setiap ada kasus pencurian, mata warga tertuju di Lembah Dosa.
Ada yang menuding jika pelakunya berasal dari pemukiman itu. Warga Lembah Dosa dianggap selalu menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bahkan sempat menjadi kawasan tinggal bagi Pekerja Seks Komersial (PSK).