Menjaga Sjahrir, Menjaga Realisme
Jumat, 05 Maret 2010 – 14:37 WIB
Namun mereka yang membaca buku William "Bill" Liddle, seorang Indonesianis dari Ohio State University yang bertajuk "Modernizing Indonesian Politic" di dalam "Political Partisipation in Modern Indonesia (New Heaven: Yale University Press 1973), akan segera tahu bahwa ideologi modernisasi yang mempengaruhi rezim (awal) Orde Baru justru berakar dari Perhimpunan Indonesia yang didirikan Bung Hatta dan Bung Sjahrir di negeri Belanda. Bahkan, semakin konseptual dalam doktrin politik dan ekonomi PNI-Baru yang didirikan keduanya pada 1931.
Toh, ketika Kabinet Sjahrir terbentuk pada November 1945, ia tak mabuk kepayang membentuk sebuah republik sosialis. Sebagai Ketua KNIP, semacam MPR kala itu, ia setuju system multipartai, dan menolak partai tunggal bernama PNI yang diusulkan Bung Karno. Bahkan terhadap Amerika dan sekutunya, Inggris dan Belanda yang mencoba mengambil alih kekuasaan dari Jepang, Sjahrir cerdik membaca situasi. Ia tak mau larut dengan pikiran banyak tokoh yang cenderung merangkul Jepang, dan tak perlu berkompromi dengan Belanda.