Menko Airlangga Kunjungi Fasilitas Terintegrasi CNGR di Tiongkok
CNGR melakukan empat modernisasi industri yakni diversifikasi teknologi, globalisasi pengembangan, digitalisasi operasional dan membuat ekologisasi industri.
Sebagai industri terintegrasi dalam pengolahan nikel, CNGR memproduksi sintesa prekursor terner dan nikel elektrolitik.
CNGR merencanakan untuk melakukan investasi sebesar Rp 168,2 triliun dalam 20 tahun ke depan dan sejak 2021 sudah melakukan investasi sebesar Rp 32,1 triliun di Indonesia.
CNGR sudah membangun fasilitas industri pengolahan nikel di Morowali, Morowali Utara, Weda Bay dan Batulicin.
Saat ini CNGR mulai mengembangkan fasilitas kawasan terintegrasi di Konawe Utara yang disebut Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KITHK) seluas lebih dari 5 ribu hektare yang akan dimulai pembangunannya pada kuartal keempat 2024 ini dan akan menyerap 28 ribu tenaga kerja lokal.
Untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan ketahanan cadangan mineral Indonesia, CNGR melakukan pengolahan biji nikel dengan inovasi teknologi OESBF (Oxygen Enriched Side Blown Furnace) yang merupakan industri pertama di dunia.
Teknologi OESBF mengimplementasikan pemanfaatan bijih nikel dengan cakupan grade yang lebih luas, efisiensi energi yang meminimalisir emisi karbon dan produksi limbah yang ramah lingkungan serta dapat dimanfaatkan oleh industri lain.
Selain itu, sebagai hasil dari sinergi dengan kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia, CNGR telah memproduksi elektrolitik nikel (nickel cathode) dengan kemurnian 99,99 persen dan per 23 Mei 2024 kemarin telah membawa nikel Indonesia masuk ke rantai pasokan metal di LME (London Metal Exchange).