Menkumham: 60 Lapas Kini Gunakan Alat Deteksi Canggih
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) Yasonna H Laoly mengatakan, saat ini ada sekitar 60 lembaga pemasyarakatan (lapas) atau rumah tahanan (rutan) yang telah menggunakan alat pendeteksi canggih. Dengan demikian, setiap upaya penyelundupan barang terlarang ke dalam lapas dan rutan, dapat dengan cepat diketahui.
"Alat yang terakhir ketua (Komisi III DPR, red), itu scanning. Semua nampak tubuh di dalam. Ada 60 Lapas, kami lakukan training Pak ketua. Memang membutuhkan listrik dan lain-lain. Nampak semua yang terselip di mana-mana. Dalam perut bisa nampak, asalkan benda asing. Bahkan dalam rongga perut bisa nampak. Jadi Memang cukup canggih," ujar Yasonna pada rapat kerja dengan Komisi III DPR d Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/4).
Selain alat scanning, Kemenkumham juga menyiapkan alat pendeteksi berupa gelang. Alat tersebut dapat digunakan bagi penghuni lapas/rutan yang memperoleh izin keluar untuk urusan tertentu.
"Untuk yang keluar kami gunakan gelang elektronik, yang dapat melakukan pengawasan secara cermat. Memang masih terbatas," tutur Yasonna.
Dalam rapat kerja kali ini, Yasonna juga membeber masih adanya masalah kesehatan narapidana. Karena over kapasitas, sehingga sanitasi kurang baik. Demikian juga dengan gizi, karena jumlah makanan yang harus disediakan, tak sesuai dengan anggaran yang ada.
"Biaya makan satu hari rata-ratanya hanya Rp 15 ribu. Ini juga membuat persoalan kesehatan. Dan di lapas/rutan hanya mempunyai 993 orang tenaga medis, sedangkan jumlah lapas/rutan di Indonesia mencapai 512 buah. Jadi sangat kekurangan sekali," kata Yasonna.
Menurut mantan anggota DPR ini, sesuai standar pelayanan kesehatan, masing-masing lapas maupun rutan minimal harus memiliki satu orang tenaga dokter dan dua orang perawat. Jadi jumlah total tenaga medis yang dibutuhkan mencapai 1.576 orang.(gir/jpnn)