Menlu Retno Percaya Amerika Berusaha Memvaksin Dunia
jpnn.com, NEW YORK CITY - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menggarisbawahi bahwa kemitraan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Amerika Serikat harus dapat menjadi kekuatan positif untuk mengatasi berbagai tantangan global dan menjaga stabilitas di kawasan.
Pernyataan itu ia sampaikan ketika memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-AS bersama Menlu AS Antony Blinken di New York, Kamis (23/9).
“Dalam situasi sulit ini, kemitraan ASEAN-AS harus dapat menjadi positive force dan menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan global. Di saat yang sama juga dapat berkontribusi bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik," kata Menlu Retno dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Sementara dalam pernyataan nasional Indonesia, Menlu Retno menyoroti isu ketimpangan vaksin global yang menjadi perhatian mayoritas negara pada Sidang ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengacu pada fakta bahwa sebagian negara memiliki kelebihan vaksin COVID-19 sedangkan sebagian negara lain kekurangan.
“Saya menyampaikan bahwa mekanisme berbagi dosis (dose-sharing) termasuk melalui COVAX Facility adalah cara yang paling cepat untuk mengatasi ketimpangan ini,”kata Retno, merujuk pada mekanisme distribusi vaksin global yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia dan Aliansi Vaksin Gavi.
Berkaitan dengan isu ketimpangan vaksin, Menlu RI mengapresiasi komitmen AS yang disampaikan dalam pertemuan Global COVID-19 Summit untuk mendonasikan tambahan 500 juta vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, serta memperluas produksi vaksin di negara-negara berkembang.
“Keputusan ini merupakan cerminan komitmen AS untuk memvaksin dunia dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara lain. Keputusan ini juga memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk menjadi bagian dari global supply chain (rantai pasok global—red) vaksin," kata Retno.
Menlu RI juga menyampaikan bahwa kemitraan ASEAN-AS harus dapat berkontribusi bagi upaya penguatan ketahanan kesehatan global. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui penguatan arsitektur kesehatan global dan pengembangan mekanisme baru untuk memobilisasi sumber daya kesehatan global.