Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Menpar Disentil Progres KEK Pariwisata Mandalika

Kamis, 17 Maret 2016 – 21:25 WIB
Menpar Disentil Progres KEK Pariwisata Mandalika - JPNN.COM
Keindahan Lombok sebagai lokasi wisata juga belum lama ini mendapatkan legitimasi sebagai World Best Halal Tourism Destination. Foto: kemenpar.go.id

jpnn.com - LOMBOK - Raut wajah Menpar Arief Yahya sempat memerah, ketika Hadi Faishal, Wakil Ketua PHRI NTB berbicara dalam nada tinggi di Seminar Wisata Dunia Halal di Hotel Lombok Raya, Rabu (16/3). 

Bukan lantaran tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan di forum itu. Tetapi karena merasa ikut malu, karena KEK Pariwisata Mandalika belum kelihatan progresnya di lapangan. 

Padahal, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla sudah menginjakkan kaki di KEK yang sudah berusia 20 tahun itu. Banyak menteri juga sudah sampai di kawasan yang setiap tahun dipakai untuk Festival Bau Nyale itu. "Terus terang saya juga malu, kalau Mandalika belum bergerak konkret dan tangible atau kasat mata," aku Menpar Arief Yahya. 

Kata-kata Hadi memang cukup menusuk. "Kita sudah tidak perlu lagi memperdebatkan halal dan non halal tourism. Saatnya berlari. Pak Menpar dan Pak Gubernur sudah berlari 150 km per jam. Masak kita masih berdebat soal halal dan non halal?" ucap Hadi mengawali komentarnya. 

"Harusnya kita bertanya, seberapa jauh progress yang sudah dibangun di KEK Mandalika? Bagaimana dengan perpanjangan landasan dan appron Bandara International Lombok? Kapan mau dibangun? Itu Bandara Ngurah Rai, satu pesawat menghabiskan Rp 50-70 juta hanya untuk puter-puter di udara menunggu jadwal landing? Sedangkan di Lombok kosong?" ucapnya. 

Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Hiramsyah Sambudhy Taib menjelaskan, "Pak Menteri sudah wanti-wanti soal Mandalika harus segera ada progres di lapangan. Direksi baru PT ITDC saat ini sedang mereview masterplan sampai tiga bulan. 

“Saya sudah meminta untuk ada realisasi cluster pertama dulu, tidak harus menunggu selesai masterplan. Action dulu, di lapangan, seperti penataan kawasan di Pantai Kuta. Lalu pembangunan entrance atau sekitar pintu masuk, dan membangun masjid raya dikompleks KEK itu," jelas Hiramsyah. 

Hiram yang pernah dipercaya menjabat sebagai Ketua Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia itu punya pengalaman, quick win itu penting. Mewujudkan pembangunan fisik itu menaikkan kepercayaan masyarakat dan seluruh stakeholder. "Juga meningkatkan confidence level bagi manajemen. Semoga dalam waktu cepat bisa segera kelihatan actionsnya," kata lulusan arsitektur ITB 1981 itu. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News