Menpar Perkenalkan Metode 3V dan 3P
“MPD itu digunakan untuk mengukur performance, sementara big data digunakan untuk promotion dan projection. Performance memikiki data collection yang tentunya akan menimbulkan dampak ke promosi dan projection yang efektif, karena kita bisa tahu lebih detail, ke mana saja wisman, beli oleh-oleh di mana saja, kuliner di mana saja, kita bisa berpromosi ke yang suka diving, yang suka alam, yang suka budaya dan sebagainya,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Director of The Tourism Market Trends Programme UNWTO John Kester.
Menurut John, menggunakan MPD adalah cara yang sangat efektif dan penting digunakan di dunia pariwisata.
“Indonesia sudah benar menggunakan MPD, karena nantinya dengan menggunakan MPD, kita akan tahu seberapa besar volume, kita juga bisa memecahkan semua berbagai variabel, variabel tempat, hobby, intinya terkait dengan kesukaan turis. Karena kondisinya saat ini adalah dunia sudah terkoneksi satu dengan yang lain, sama halnya dengan produsen ke konsumen. Kalau di pariwisata destinasi dengan wisman,” jelas John.
Seperti diketahui, acara tersebut merupakan program kerja Deputi Pemasaran Mancanegara Kemenpar Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar.
Arief juga mengatakan, pihaknya sangat serius mendigitalisasi semua lini, semua kedeputian. Karena hanya dengan cara itu, semua bisa dihitung dengan standar akurasi maksimal.
"If you can not measure, you can not manage! Kalau tidak bisa mengukur, maka tidak akan bisa memanage," sebut Arief.
Maka, kalau tidak bisa menghitung dengan akurat, tidak akan bisa mengukur. Angka-angka ukuran dan hitungan itu harus benar. Karena itu, biarkan mesin, teknologi dan system yang menghitung, sehingga bisa meminimalisasi pengaruh manusia.